18. Khawatir.

2K 187 18
                                    

Assalamualaikum.

Happy reading 🌻

Terkadang kita tidak menyadari, bahwa hal sepele bisa merugikan orang lain.

Saat ini kelas Dinan adalah jam olahraga. Semua murid sudah berganti pakaian, kecuali Dinan. Ia tak mengikuti pelajaran itu karena tamu bulanan nya sedang berkunjung.

"Kalian yang semangat!" ucap Dinan, pada ketiga sahabat nya.

"Lebay lo, ini juga setiap Minggu olahraga. Kalo ga ulangan!" celetuk Mira.

Dinan terkekeh. "Ya gak papa lah!"

"Lo mau dikelas aja?" tanya Caren.

"Nanti, gue mau ke kantin!" cengir Dinan.

"Ih! Gue juga mau!" sahut Ara.

Mira menyoyor kepala Ara. " Nanti 'kan, kita juga istirahat."

"Nanti olahraga apa?" tanya Dinan.

"Jungkir balik!" jawab Ara.

"Roll depan! Roll belakang Ara!" ucap Caren, dan Mira. Bareng.

"Oh, iya itu." Ara menggaruk tengkuknya tak gatal.

"Tau gak?! Ini tuh, salah satu olahraga paling gue benci!" geram Mira.

"Kenapa? Bukannya anak laki-laki, pada main bola?" tanya Dinan.

"Tetep aja malu!" sahut Mira.

"Iya sih!" sahut Ara tiba-tiba.

"Iya, apa Ra?" tanya Caren.

"Gatau!" acuh Ara. Caren memutar matanya malas.

"Woi! Ayo!" Adi berteriak, menginstruksi anak-anak yang masih ada di dalam kelas.

"Oke!" balas mereka.

"Nan, kita tinggal dulu." Mira berbicara, sambil berlari kecil.

"Iyaaa!" sahut Dinan, setengah berteriak.

Dinan, membereskan mejanya dari alat-alat tulis, yang sempat ia keluarkan.

Dan keluar dari kelas, menuju kantin. Ia melewati, kelas Elang, dan sempat melihat kelas itu, dengan ekor matanya.

Tapi taada kelima, lelaki itu. Dinan, berusaha acuh, dan melanjutkan langkahnya.

Sampai di kantin, Dinan memesan minuman, dan duduk di salah satu kursi kantin, dan bermain ponsel.

Dinan, meneguk perlahan minuman nya. Ia menatap ke depan, dan hanyut dalam lamunan nya. Pikirannya, tak jauh-jauh dari Elang. Entah mengapa, akhir-akhir ini Elang, selalu dekat dengan Nabila.

Ada perasaan aneh, jika melihat kedekatan mereka berdua. Apalagi, tadi pagi Dinan melihat mereka berdua, berangkat sekolah bareng.

Ia menghela nafasnya, jangan sampai perasaan nya, menjalar kemana-mana.

"Dor!"

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang