Assalamualaikum.
"Dinan!" Dinan yang sedang berjalan dari arah toilet, menuju ke kelasnya pun. Menoleh saat mendengar ada yang memanggil nya.
Ia melihat Fahri, orang yang kemarin, meninggalkan Dinan, dan pulang bersama kakak kelasnya yang sok cantik itu. Bahkan troma Dinan saat ia hampir di kotori oleh preman, masih sangat membekas di hatinya.
Dinan, segera berjalan kembali, dan mencoba menggubris teriakkan dari Fahri. Ia berjalan dengan buru-buru, ia saat ini sedang tak ingin bertemu ketua Osis itu. Tetapi ia kalah cepat, satu pergelangan tangan nya, berhasil Fahri raih. Dinan segera menepis nya, tetapi Fahri malah semakin mencengkram nya.
"Sakit," lirih Dinan.
"Maaf." Fahri segera, melepas tangannya. Dan menatap lekat Dinan.
"Lo kenapa?" tanya Fahri.
"Gue gakpapa, gue buru-buru," ujar Dinan.
"Bohong," sarkas Fahri. "Kenapa lo menghindar?" lanjutnya.
"Gue gak papa!" bentak Dinan, Fahri terkejut, ternyata Dinan bisa membentak, yaiyalah!!
"Gue tau lo bohong, sekarang gue tanya, kemaren kenapa lo pulang duluan?" tanya Fahri. Dinan terkejut? tentu ia sangat terkejut. Bukan lah ia yang meninggal kannya?
"Hahah, gausah ngaco!" tawa lirih Dinan.
"Gue gak ngerti sumpah," ujar Fahri.
"Lo duluan yang ninggalin gue!" teriak Dinan.
Fahri menarik tangan Dina, menuju ruang osis. Dinan sedikit memberontak, tetapi tenaga nya kalah, dan kini ia hanya pasrah.
Sesampainya di ruang osis, Fahri menyuruh Dinan untuk duduk. Dinan hanya menuruti, ia sedang sangat malas berdebat, toh kalo ia berdiri terus, kaki nya akan merasakan pegal.
Fahri juga ikut duduk disamping bersama Dinan, ia menggenggam tangan Dinan. Namun langsung di tepis kasar olehnya.
"Sekarang cerita, kenapa lo bilang kalo gue ninggalin lo," ujar Fahri lembut.
"Itu, kenyataan. Gue udah lama nungguin lo, dan ternyata lo malah pulang sama kakak kelas yang bawa kipas itu," ucap Dinan.
"Azalea?"
"Gatau, gue gatau namanya," jawab Dinan.
"Gue, gak sungguh-sungguh ninggalin lo Nan, bahkan dia bilang kalo lo udah pulang duluan, terus dia mau nebeng, gue gak enak, sekolah juga udah sepi." Fahri menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, pada Dinan, sedangkan Dinan hanya diam.
***
"Nuanti puwlang sekowlah, ke mawrkas ya?" ucap Aldo, sambil mengunyah makanan nya.
"Abisin dulu nyet, baru ngomong," nasihat Abdi.
"Kebiasaan," ucap Lingga.
"Telen dulu,"
"Kok gue di buli?!" Aldo langsung menghabiskan makanan yang ada didalam mulutnya, dan menyeruput es Elang.
"Eh, iler Dugong!! Es gue itu!!" maki Elang, Aldo hanya menyengir.
"Jangan diminum lagi Lang!" tahan Ricko.
"Kenapa?" tanya Elang.
"Keracunan lo ntar," jawab Ricko, membuat Abdi tertawa.
"Enak aja Lo," sinis Aldo.
"Heh! tadi gue nanya gaada yang jawab!" sungut Aldo.
"Nanya apa?" tanya Elang santai, sambil menyuap makanan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG
Teen Fiction[Follow sebelum baca!] (Vote juga yah❤️) 'Tentang seorang cowok, nakal, tak tau di atur, dan gemar membuat masalah, terjebak cinta seorang gadis cantik dan pintar. "Kenapa sih?! Lo itu yang selalu ada dipiran gue?!" Cowok jangkung, itu menatap kesal...