19. Hidup dan mati

7K 1.9K 369
                                    


Jangan lupa vote dan komen yah ✨



"Ini kan..."

Zul mematung sambil mengerjap tak percaya. Tempat ini kan... Tanah lapang ini kan...

"Yaaah, kok udah jadi kaya gini sih."

Zul menoleh, menatap ke arah wanita yang nampak kecewa melihat ke arah tempat bersejarah bagi Zul sudah ditumbuhi banyak rerumputan liar dan tak terawat. Bahkan ada tulisan TANAH INI DIJUAL di depan mereka.

Zul bertanya-tanya, bagaimana bisa Zulfa tahu tempat ini? Apa dulu dia pernah datang ke sini? Tapi kapan?

"Memang di sini dulu ada apa?" tanya Zul, pura-pura tidak tahu.

Zulfa menoleh padanya. "Pasar."

Zul terkejut kembali. Bukannya apa, pasar di sini sudah ada sejak dia lahir. Tapi mulai digusur ketika Zul kelas dua SMP. Saat itulah dia berhenti berdagang di tempat ini bersama ayahnya.

Jadi kapan Zulfa datang ke sini?

"Di sini aku ketemu cinta pertamaku loh, Mas."

Mendengar itu rasanya seperti ada yang mencubit hati Zul. Nyesek. Ternyata dia bukan cinta pertama istrinya. Ya tapi mau gimana lagi, cinta pertamanya saja bukan Zulfa.

"Oh ya?"

"Iyah. Waktu itu aku kelas enam SD."

"Genit yah kamu. Kelas enam udah cinta-cintaan."

Zulfa hanya tertawa, lalu mendekat merangkul lengan Zul.

"Aku nyuri dagangan dia karena gak bawa uang. Soalnya lagi kabur dari bodyguard abi yang jagain aku di sekolah."

"Ternyata udah jadi maling sejak dini," gumam Zul.

"Enak aja."

"Lah, kamu sendiri yang bilang. Masih kecil udah maling dagangan orang. Udah besar malah maling hati aku."

"Hahaha, masa iyah."

Zul tersenyum, lalu membawa Zulfa mundur untuk ia bantu duduk di atas kap mobilnya. Kasihan kalau ibu hamil muda ini berdiri terus.

"Memangnya kamu nyuri apa?"

"Ikan."

"Ikan?"

"Iya, ikan emas koi. Abisnya lucu banget. Gendut."

Zul mengerjap-ngerjap. Sedang mencoba menghubungkan serangkaian kejadian yang Zulfa ceritakan.

Jadi Zulfa datang ke tempat ini saat kelas enam SD. Itu artinya... Dia masih berjualan di sini saat itu.

"Jangan bilang kamu jatuh cinta sama penjualnya."

Lihatlah wanita itu hanya menyengir mendengar tebakan Zul. "Aku ketauan terus diceramahin. Katanya hari itu dia sampe gak pergi sekolah karena harus jualan, bapaknya sakit. Dia bilang sama aku, Jangan mencuri keringat orang lain!"

"Aku ingat baik-baik kata-katanya itu. Rasanya dalem banget. Dia seperti ngejelasin banyak hal cuma lewat satu kalimat. Meski ujung-ujungnya, dia tetep kasih ikannya cuma-cuma ke aku. Katanya, bawa aja. Tapi jangan jadi pencuri. Yaudah-"

"Zulfa."

Wanita itu berhenti bicara. Matanya yang tadi melihat ke arah tempat bersejarah itu kini fokus ke sang suami yang menatapnya lekat. Zulfa tersenyum, kedua tangannya terangkat menangkup wajah Zul yang menunjukkan reaksi tak menyangka, terkejut dan terharu.

"Sekarang penjual ikan itu ada di depanku. Dia udah jadi orang sukses."

Zul terkekeh dengan mata berkaca-kaca. Ia berhambur memeluk Zulfa yang ternyata... Seperti kata Immanuel, nampaknya Zulfa memang sudah mengincarnya sejak awal. Wanita ini sungguh penuh dengan kejutan.

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang