Setiap hal akan jadi baik kalau kamu menghadapinya dengan baik. Segala sesuatu yang dihadapi dengan buruk gak akan berakhir baik.
-Hafizh-
✨✨✨
Harusnya Zul senang karena tidak ada pembahasan seputar percakapan singkat tadi malam. Sikap Zulfa pun terlampau biasa saja pagi ini. Tapi hal itu malah membuat Zul resah. Zul terus memperhatikan istrinya yang sibuk menyiapkan sarapan untuknya tanpa berani memulai percakapan.
Apakah samalam Zulfa hanya setengah sadar saat bertanya? Pasalnya, setelah tersenyum tipis, wanita itu tertidur lagi. Bahkan sekarang pun sepertinya dia tidak punya niat untuk membahas percakapan random itu. Jadi bolehkah Zul bernapas dengan lega?
"Haaaahhh..."
Helaan napas panjang Zul itu berhasil menarik perhatian Zulfa.
"Ada apa, Mas?"
"Kamu gak mau ngomong apa-apa?" tanya Zul, hanya ingin memastikan. Takutnya Zulfa menyimpan unek-uneknya sendirian. Jadi apa fungsinya dia sebagai suami kalau istrinya punya beban namun tak bisa berbagi.
Kerutan di kening wanita itu nampak mengisyaratkan kalau dia tidak mengerti maksud pertanyaan suaminya. "Memangnya aku harus ngomong apa?"
Zul meringis, namun juga merasa benar-benar lega karena sepertinya Zulfa lupa.
"Gak ada. Ayo makan."
Sarapan pagi ini pun berlangsung dengan damai. Bukannya Zul ingin menyembunyikan hal ini kepada Zulfa, ia hanya tidak ingin Zulfa terus kepikiran dengan masalah yang sejatinya cukup memusingkan Zul. Jadi Zul tidak ingin rasa pusing ini menular pada Zulfa juga. Karena tidak perlu menyewa cenayang pun Zul tahu kalau Zulfa pasti akan merasa cemburu. Apalagi, mengetahui fakta bahwa Zulfa hanya bisa tinggal di rumah, sementara wanita yang mengganggu suaminya ada dalam satu kantor yang sama.
Jadi, biarkanlah Zul berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri.
Hm, Zul jadi berpikir untuk menjadi pemeran antagonis. Menjebak wanita itu supaya dipecat sepertinya bukan hal yang terlalu buruk.
Astaghfirullah, Zul. Kamu harus tobat.
Untungnya sisi baik Zul masih agak waras. Zul sampai geleng-geleng kepala guna menyingkirkan pemikiran buruknya tadi. Bagaimana kalau ternyata wanita itu tulang punggung keluarga seperti dirinya? Bagaimana kalau wanita itu sudah melalui banyak rintangan untuk sampai di posisinya sekarang? Astaga, Zul yang baik hati mana tega menjebaknya. Ekhm.
Mungkin Hafizh sudah lebih dulu memikirkan kemungkinan itu. Makanya dia langsung sewot waktu Zul kasih usul untuk memecatnya. Aduh, bosnya emang luar biasa.
Di ruang tamu mereka berpisah setelah Zulfa mencium punggung tangannya dan Zul mencium keningnya. Pemandangan yang manis untuk dilihat. Memikirkan perasaan Zulfa, hari ini Zul bertekad untuk bertindak lebih tegas. Ia harus menjadi imam yang baik untuk istrinya. Anggaplah wanita bernama Angel adalah ujian pertama dalam pernikahannya. Ujian yang berlevel berat, hiks.
Awas saja kalau dalang dibalik ini adalah Immanuel, mau Zul ajak duel sekalian mertuanya itu.
Astaghfirullah, Zul yang baik hati jadi su'udzon lagi.
Tapi mau gimana lagi, Zul gak punya orang lain selain Immanuel yang bisa disu'udzonin.
Sebelum pukul delapan Zul sudah menginjakkan kaki di depan gedung perusahaan. Nampaknya hari ini dia berangkat lebih cepat dari Hafizh karena tidak mencium jejak-jejak bosnya itu. Biasanya, Hafizh walaupun udah gak keliatan orangnya, wanginya masih ketinggalan di tempat yang pernah dia lewatin. Zul heran sama parfumnya, tapi kayaknya dia tetep gak sanggup beli meski tahu apa merk-nya karena pasti muahhal. Kalo kata emaknya, mendingan buat beli beras, Zul. Walaupun Zul udah sukses, kebiasaan lama sebagai rakyat jelata memang tetap sulit dihilangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zul [SEGERA TERBIT]
Romance[LENGKAP] Zul dan Zul. Kisah mereka dimulai sejak insiden tabrakan dimana saat itu Zulfan sedang mencari jodoh di pinggir jalan. Karena tidak fokus memperhatikan jalanan, tanpa sengaja Zul menabrak seorang wanita yang sempat menyamarkan namanya menj...