26. Si antagonis?

8.9K 2.1K 528
                                    

Vote dulu yuks ✨
Jangan lupa diramein yaaah ❤
Setelah sekian bulan purnama, akhirnya update loh ini si Zul 🤣

2.939 kata
Meluncuuurr...

🐊🐊🐊

"Aku lagi PDKT tapi lupa nanya nama gebetannya siapa." Gumaman itu terlalu keras untuk hanya didengar diri sendiri. Alhasil, Immanuel dan Zul yang berjalan di sisi kirinya meliriknya sejenak, lalu sama-sama geleng-geleng kepala. Dalam hatinya, mereka sangat sepakat kalau satu-satunya wanita yang ada di dekat mereka ini memang agak sinting.

Entah bagaimana, tapi hampir setengah hari ini mertua dan menantu tersebut cukup kompak.

Arinda pun mencondongkan tubuhnya agar dia bisa melihat Immanuel dengan jelas karena di tengah antara mereka ada Zul yang berperan seperti pembatas. "Om, namanya siapa, sih?"

Immanuel tidak menjawab. Zul juga diam saja karena dia seribu persen tidak setuju kalau Arinda sampai jadi mertua tirinya. Gak mungkin dia panggil Arinda Umi. Ngebayanginnya aja bikin tenggorokan Zul gatel minta digaruk. Dan Zul bingung cara garuk tenggorokan gimana.

"Oh, gak jawab. Jadi mau aku panggil Om Hot aja, yah?"

"El."

Bukan hanya Arinda saja yang menoleh terkejut mendengar jawaban singkat dengan suara khas pria dewasa yang menggetarkan hati Arinda itu, pasalnya Zul juga tak kalah kaget sampai menoleh. El katanya? Apa maksudnya ini? Kenapa mertuanya membiarkan Arinda untuk memanggil nama pendeknya itu?

"El aja?"

"Immanuel!" ralat Zul dengan cepat. Ia bahkan sampai menoleh ke Arinda seakan menegaskan itu. "Namanya Immanuel," ulangnya lebih jelas.

Arinda melongo sebentar, melirik ke arah Immanuel yang nampak kesal lalu balik lagi menatap Zul dengan binar mata kagum yang membuat Zul bergidik ngeri.

"Astaga Zuuul, nama mertua lo keren bangeeet."

Pekikan itu sampai membuat Zul menutup kedua telinga. Nyesel udah nyebutin nama mertuanya.

Mengabaikan kedua orang aneh yang membuatnya pusing, Immanuel menuju ke pinggiran jalan dan menghentikan taksi yang lewat. Zul dan Arinda yang melihat itu ikut berhenti berjalan, melihat Immanuel yang sedang berbicara dengan sopir namun tak bisa mereka dengar suaranya dengan jelas.

Setelah mengobrol dengan sopir dan nampak memberikan beberaa lembar uang pada pengemudi itu, Immanuel membuka pintu mobil. Zul tak percaya ini, bisa-bisanya Immanuel naik taksi dan ninggalin dia sama cewek sinting yang ngebucinin mertuanya itu. Tapi kesu'udzonan Zul sirna ketika Immanuel tidak masuk dan malah berjalan ke arahnya, atau lebih tepatnya ke arah orang di sebelahnya ini.

"Masuk!" titahnya, tentu bukan ke Zul.

"Sama Om?" tanya Arinda dengan senyuman cerah yang membuat Zul merasa silau melihatnya.

Immanuel tak bicara lagi, ia meraih lengan Arinda dan memasukkan sosoknya ke dalam mobil. Sebelum bisa protes, pintu mobil sudah ditutup oleh Immanuel, kemudian pria itu menepuk atap mobil dua kali sambil menyuruh sopir untuk jalan.

"Jalan!"

"OOOOMMM, TEGANYA DIKAAAAU PADAAAAKU."

"Bukan temen gue," gumam Zul sambil meringis jijik memperhatikan kepergian Arinda yang kepalanya nongol di jendela mobil taksi itu. Sedangkan wajahnya begitu memelas, seperti seorang istri yang dicampakan suaminya. Amit-amit, batin Zul.

"Saya harus ketemu sama walinya. Dia mulai meresahkan."

Gumaman Immanuel membuat Zul beralih fokus padanya. Walinya Arinda, yah? Berarti ibunya, dong? Dan...

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang