28. Her name is...

7.1K 1.9K 743
                                    

Alhamdulillah bisa update lagi hari ini 😍
Semoga lancar terus tanpa mager biar bisa up tiap hari 🔥
Mohon bantu aamiin kan wkwk

Jangan lupa vote + komennya yaaah 😙

2800+ kata meluncuuur 🔥

✨✨✨







"SELAMAT PAGI PENGHUNI RUMAHNYA ZULFAAAN."

"Haah hahh..." penjaga gerbang yang ngos-ngosan baru saja tiba setelah pekikan ceria dari wanita cantik itu menggema di ruang makan berisikan tiga orang yang terkejut dengan kehadirannya. "Mohon maaf, Pak. Saya kebobolan. Udah saya kejar-kejar sampe muterin pancoran air, tapi dia gesit banget."

"Eh, iya nih, si bapak botak. Masa Arinda mau masuk, gak dibolehin," protesnya kesal. Bibirnya sampai maju dan kedua alisnya yang kecoklatan itu bertaut.

Dengan gestur tangan, Immanuel mengusir keamanan itu pergi. Setelah menunduk hormat, pria berkepala botak yang membuat Arinda kesal pun beranjak dari sana.

Baru saja Zulfa ingin mengajak Arinda bergabung untuk sarapan bersama, suaminya sudah lebih dulu menyerobot wanita itu dengan kata-kata pedas.

"Woy, Arinda, ngapain lo pagi-pagi teriak-teriak kaya orang utan di rumah orang? Gak ada kerjaan ya lo."

Tak mau kalah, Arinda yang nampak membawa sesuatu di tangan kanannya itu kini berkacak pinggang. Mukanya songong merasa dia yang punya rumah. Padahal bukan.

"Woy, si Zul, ada tamu tuh diajak basa-basi sopan. Bukannya dimaki-maki."

Belum sempat Zul membalas, suara dentingan sendok yang sengaja diketukkan pada gelas hingga menimbulkan suara ting ting ting membuat mulutnya bungkam. Tentu Immanuel yang melakukan itu.

"Cucu saya belum lahir tapi rumah ini udah rame aja," keluh pria itu.

Zulfa terkekeh, lalu mempersilakan Arinda untuk duduk di kursi sebelahnya.

Setelah bokongnya sudah mendarat di kursi, Arinda membalas tatapan sengit Zul yang sungguh jelas tak mengharapkan kehadirannya.

"Tenang aja, Zul. Gue gak minta makan. Gue bawa sendiri," ujarnya sambil membuka sebuah kotak berwarna merah muda yang sedari tadi ia bawa. Ternyata isinya sarapan.

"Niat banget ya lo, piknik di rumah gue."

Arinda berdecak, "Gue emang sengaja mau sarapan bareng sama om El, sama Zulfa, juga sama lo. Itung-itung latihan sebelum jadi mertua tiri buat lo, hahahaha."

"AMIT-AMIIIT."

Zulfa tak menyangka sarapan kali ini akan terasa sangat ramai. Ia lihat suaminya yang sedang mengetuk-ngetuk meja setelah dia mengetuk kepalanya sendiri. Lalu melihat sang ayah sedang memijat-mijat kepalanya dengan ekspresi frustasi. Sungguh kehadiran Arinda membawa suasana baru di rumahnya.

"Zulfa aja setuju gue jadi mama tirinya. Iya kan, Zulfa?"

"Aku sih terserah abi."

"NO."

"NO."

Zulfa terkesiap mendengar dua lelaki itu memekik bersamaan. Dan bukannya tersinggung, Arinda malah tertawa.

"Enggak, sayang. Gak mungkin aku punya mertua tiri macem Arinda."

"Dan gak mungkin Abi menikah sama perempuan yang seumuran sama menantu Abi sendiri. Apa nanti kata rekan bisnis Abi?! Yang ada nanti abi dikira sugar daddy." kata Immanuel, menyuarakan keberatannya.

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang