24. Tukang fitnah

7K 2K 615
                                    

Vote dulu yuuks ✨
Harus diramein yaaah 😍


🔥🔥🔥


"Wah, Zul. Udah gak medit lagi yah kamu sekarang, beli jam begituan," goda Hafizh. Pasalnya, sejak kedatangannya, pria itu seperti sengaja menarik-narik lengan jasnya dan berkali-kali melihat jam tangannya. Hafizh ngerti kalo Zul mau kasih liat jamnya itu, jadi Hafizh notice aja biar dia seneng.

"Kata siapa?"

Hmmm, pertanyaan itu membuat Hafizh meragukan kalau kemeditan Zul sudah sirna.

"Ini dari mertua saya loh, Booos."

"Masya Allah, apa kata saya juga, mertua kamu itu baik."

"Iya sih, kadang-kadang."

Masih aja gak mau ngakuin. Ya namanya juga si Zul.

"Oh iya, Zul. Ada salam dari abi saya. Gimana katanya, udah dapet belum jawabannya?"

Zul mengerjap sejenak, lalu teringat dengan pembicaraannya bersama pak Alan waktu itu. Ya, perihal jodoh untuk Immanuel. Zul bertugas untuk menanyakan wanita idaman Immanuel itu seperti apa. Tapi sekarang sepertinya itu tidak perlu lagi.

Zul mengulum bibir, menatap Hafizh lalu menjawab, "Bilangin, Bos. Saya udah punya kandidat."

Hafizh mengernyit. "Kalian ada kerjasama bisnis apa, sih?"

"Rahasia."

"Oke deh, nanti saya sampein."

Lihat! Bosnya yang baik ini bahkan bisa jadi pengantar pesan. Makanya Zul betah kerja sama Hafizh.

Sekretaris kaya Zul emang gak ada duanya di bumi.

Sambil terus memeriksa berkas yang tadi Zul berikan padanya, Hafizh bicara lagi.

"Zul, nanti saya mau pergi umroh. Kamu mau oleh-oleh apa?"

"Umroh lagi?" tanya Zul terheran. Pasalnya dua tahun yang lalu pun, Hafizh sudah pernah umroh. "Kan waktu itu udah," lanjut Zul.

"Iya. Yang kemarin kan sendiri, doanya supaya dipertemukan sama jodoh. Kali ini pergi bedua sama jodoh. Jadi harus tunggu Hawa selesai wisuda dulu."

Zul mengangguk mengerti. "Hmmm, sebentar lagi berarti. Saya mah dikasih apa aja pasti tak terima, Bos. Dan apapun doa bos sama mbak Hawa nanti, semoga lekas Allah kabulin. Sapa tau pulang dari sana dapet kabar bahagia yang ditunggu-tunggu."

"Aamiin paling serius."

Omongan Zul lagi bener. Jadi harus Hafizh aamiinin paling serius.

"Kamu gak mau, Zul?"

"Apa?"

"Pergi umroh."

"Kan udah sama emak bapak."

"Ya sama Zulfa, dong. Kan belum. Mertua kamu diajak sekalian."

"Nunggu situasi kondusif dulu," ujarnya, merasa hidupnya masih banyak masalah dan banyak rahasia yang belum terpecahkan. Bisa-bisa ibadahnya gak kyusu' nanti.

Tidak mau ikut campur dengan masalah keluarga Zul, Hafizh hanya tersenyum.

"Bos."

"Hm?"

"Saya mau tanya. Kira-kira, aneh gak sih kalau mertua saya menikah sama perempuan seumuran saya?"

Hafizh menautkan alis, ia menaruh pulpen di selipan jarinya itu ke atas meja, kemudian melipat kedua tangannya.

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang