27. Bakat lainnya

6.7K 2K 430
                                    

Akhirnya Zul update 🙂
Vote dulu yuks ✨

Jangan lupa diramaikan hihihi

Selamat membaca ❤

***

Sudah cukup lama Zul berdiri di ambang pintu. Kurang lebih lima menit, tapi, seseorang yang sedang ia perhatikan masih tak menyadari keberadaannya. Sungguh Immanuel tak pernah terlihat seperti ini sebelumnya. Kepalanya menunduk, tatapan matanya tertuju ke kakinya yang terbalut kaus kaki hitam. Tangannya bertumpu di atas paha. Namun entah kenapa, dalam pose yang Zul lihat seperti seseorang dengan banyak pikiran itu, Immanuel masih terlihat begitu keren.

 Namun entah kenapa, dalam pose yang Zul lihat seperti seseorang dengan banyak pikiran itu, Immanuel masih terlihat begitu keren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abi," panggil Zul. Immanuel meluruskan kepala ke arahnya. "Sarapan," lanjut Zul.

"Iya, nanti saya ke bawah."

Zul mengulum bibirnya lalu mengangguk. Dengan perlahan ia berbalik untuk pergi. Namun saat sudah berjalan dua langkah, Zul berbalik kembali dan melihat Immanuel sedang memakai sepatunya.

"Abi mau ke mana hari ini?"

"Saya mau cek cabang perusahaan di Surabaya. Ada apa?"

"Gak papa. Tanya aja."

Awkward.

Jarang-jarang Zul merasa secanggung ini dengan Immanuel. Gelagat Immanuel terlihat kurang bersahabat. Sangat jelas kalau pikiran mertuanya itu sedang terusik. Bahkan saat pulang semalam, Immanuel tidak menyapanya sama sekali. Pria itu langsung ke kamar, dan tidak keluar lagi.

Di meja makan, Zulfa melihat kejanggalan. Ya, janggal rasanya melihat suami dan abinya tidak adu mulut pagi ini. Zulfa lihat sesekali suaminya melirik abinya yang makan tanpa suara. Benar-benar tanpa suara, bahkan dentingan sendoknya saja tidak terdengar.

Immanuel sedang menciptakan keheningannya sendiri. Dan kebiasaannya itu membuat Zulfa tahu kalau abinya sedang memikirkan sesuatu.

"Abi."

Meski begitu, Immanuel tetap memiliki respons cepat saat seseorang memanggilnya. Terbukti dari sosoknya yang kini sudah mengangkat wajah untuk melihat sang putri.

"Ada apa?" tanya Zulfa.

"Gak ada yang perlu kamu khawatirin. Abi cuma keinget sama umi."

Zul melirik Zulfa yang menghela napas pelan. Lalu istrinya itu menggenggam tangan sang ayah, seperti ingin memberikan kekuatan kepada pria yang selalu terlihat tegar itu.

"Abi, aku gak minta abi untuk ngelupain umi. Tapi hidup terus berjalan. Gak baik kalau kita terus meratapi masa lalu yang udah terjadi. Abi selalu kelihatan sedih kalau inget sama umi. Kalau umi tau, umi pasti ikut sedih."

"Abi gak sedih. Cuma sedikit bingung karena rasanya abi ngeliat umi dalam diri perempuan lain."

Zul tertegun. Jadi perkiraannya benar. Reaksi Immanuel kemarin benar-benar terbaca olehnya.

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang