"Kamu kenapa?"
Untuk ketiga kalinya Zul memberikan pertanyaan yang sama. Sungguh dia dibuat bingung dengan kediaman Zulfa. Rasa-rasanya ia tidak berbuat salah. Tapi kenapa pulang dari masjid setelah shalat maghrib Zulfa susah sekali diajak bicara. Karena itu Zul terus bertanya kenapa.
"Kalo ini masalah es dawet tadi siang, aku harus minta maaf ke bapak es dawet nya atau gimana?" tanya Zul bingung. Zulfa yang lebih memfokuskan perhatiannya ke televisi masih mengabaikannya.
"Kamu dateng bulan, yah?"
Sungguh, Zul baru kali ini merasa bingung sampai rasanya mau kabur. Tapi kalau dia kabur, pasti nambah kacau. Sekarang Zul hanya bisa menunggu adzan isya supaya punya alasan untuk keluar rumah.
"Sayang," panggil Zul sambil duduk di sebelah Zulfa dan merangkul pinggangnya.
"Aku cuma lagi mikir, Mas."
Nah, akhirnya dia ngomong.
"Mikirin kenapa Dora bawa-bawa peta tapi masih minta tolong ke penonton untuk nunjukin jalan?"
Zulfa menoleh, melihat Zul yang ikut menonton kartun favoritnya.
"Ish, bukan itu," ujarnya sebal.
Zul terkekeh sejenak dan melihat paras sang istri. "Mikirin apa, hm?" percayalah, Zul hanya bisa selembut itu dengan Zulfa. Setuju, kan?!
"Aku gak bisa kasih tau."
"Apa yang gak bisa kamu kasih tau ke suami sendiri?"
"Udah adzan tuh, sana ke masjid."
"Kamu mau hindarin Mas, yah?"
"Nanti Mas pulang kita bahas."
"Bahas apa? Sebenernya aku salah apa, sih?"
Zulfa diam lagi. Zul pun berdiri.
"Yaudah, Mas ke masjid dulu. Kamu juga solat."
"Pulangnya jangan cepet-cepet."
"Sekalian aja gak dibolehin pulang."
"Ih, enggak."
Zul tersenyum melihat raut cemas itu tertuju padanya. "Oke, Mas pulang jam delapan."
Zul mendapat acungan jempol dari Zulfa. Sekarang dia bingung, istrinya ini ngambek apa enggak sih sebenernya?
"Yaudah Mas berangkat dulu," katanya sambil mengulurkan tangan yang kemudian dicium oleh Zulfa. "Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Fix, istrinya lagi dateng bulan. Mood nya gak jelas banget. Untuk pertama kali sejak pernikahannya Zulfa bersikap seperti ini. Padahal sudah hampir empat bulan menikah, tapi masih saja ada hal-hal yang tidak Zul ketahui. Lantas setelah ini, sifat apa lagi yang akan Zul lihat dari sang istri?
***
Pukul delapan. Seperti yang Zul bilang, dia baru keluar dari masjid saat jarum pendek menunjuk angka delapan sedangkan yang panjang menunjuk ke angka dua belas. Sungguh seorang pria yang memegang janjinya. Langkahnya lebar selama di perjalanan. Dia lihat rumah tetangga yang baru dihuni dan tadi sore ia datangi nampak ramai. Lebih tepatnya keramaian itu ada di atap rumah. Palingan si Arinda itu dan kawan-kawannya.
Zul kadang heran, kenapa orang-orang suka sekali berpesta? Apa tidak pusing mendengar suara keras atau melihat lampu kelap-kelip di tempat hiburan malam itu? Zul saja pusing melihatnya. Ya, Zul memang pernah datang ke tempat seperti itu. Hanya sekali, itupun tidak lebih dari dua menit. Zul langsung keluar dan merasa mual. Bukan hanya suara musik atau lampu yang bikin pusing, bau alkohol dan pemandangan manusia-manusia di sana pun sangat membuatnya tidak nyaman sampai ingin muntah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zul [SEGERA TERBIT]
Romance[LENGKAP] Zul dan Zul. Kisah mereka dimulai sejak insiden tabrakan dimana saat itu Zulfan sedang mencari jodoh di pinggir jalan. Karena tidak fokus memperhatikan jalanan, tanpa sengaja Zul menabrak seorang wanita yang sempat menyamarkan namanya menj...