7. Zul emang keren

9.1K 2.1K 485
                                    

Ramein yuuukkk 🔥🔥🔥
Jangan lupa tinggalkan komentar dan vote yah ✨
2000+ kata, selamat membaca ❤

***













"Terserah mereka mau bilang apa. Saya hidup bukan untuk mereka."

-ZULFAN-

🐊🐊🐊

"Pak Budi... Man. Pak Iman. Pak Budi. Haish."

"Panggil pak Iron Man aja, Mas," saran pak Budiman kepada Zul yang bingung harus memanggilnya apa. Karena setelah Zul pikir-pikir, panggilan pak Budiman terlalu panjang untuk diucap. Jadi Zul harus mencari alternatif lain. Dan tentu dia kurang suka dengan saran pak Budiman barusan.

"Gak cocok," jujur Zul, membuat pak Budiman menatapnya kesal. Dalam hati pak Budiman berdoa semoga dia gak dapet menantu kaya Zul. Ganteng sih, tapi suka bikin darah naik.

Intinya, Zul adalah tipe menantu yang tak diinginkan. Hiks.

"Jadi gimana, Pak Man?" Lah, ujung-ujungnya jadi Pak Man.

"Gimana opo to?" Pak Budiman terima apa adanya dengan panggilan yang Zul beri.

Zul yang masih di dalam mobil dan hanya menurunkan kaca jendelanya itu benar-benar menunjukkan raut penasaran.

"Itu loh, istri Pak Man bilang gantengan siapa?"

"Ooohhh itu. Dia bilang...," Pak Budiman maju, meletakkan tangannya di pinggiran mulut nampak ingin berbisik. Zul pun memberikan telinganya.

"Dia bilang... Gantengan Syahrukhan."

"Astaghfirullaaaaahh."

Zul sampe nyebut. Ternyata istrinya pak Budiman gak nyambung.

"Mon maap, Mas. Kita berdua kalah. Dia fans garis kerasnya pemain kuch kuch hotahe."

Yasudahlah, cukup dengan kabar ini. Zul mau berangkat kerja dulu. Dia harus datang lebih pagi dari Hafizh supaya bisa mengomeli Hafizh. Ya, itu adalah salah satu alasan Zul berangkat pagi, biar bisa nyindir-nyindir Hafizh. Buat Zul bahagia memang sesederhana itu. Menyindir bosnya adalah sebuah pencapaian tersendiri.

Kasian Hafizh punya anak buah macem Zul.

***

Tapi sepertinya hari ini Zul kurang beruntung.

"Zam berapa ini Zul?!"

Sebab Hafizh sudah berdiri di depan lobi sambil mengetuk jam tangan mahalnya itu. Zul menunjukkan deretan gigi rapihnya lalu melihat jam tangannya sendiri. Dirinya telat dua menit.

"Wah, bos tumben sampe duluan."

"Itu pujian atau ejekan?" Sungguh Hafizh tak bisa membedakannya.

"Terserah bos mau anggap apa."

Hafizh hanya mendelik lalu berlalu lebih dulu dan diikuti Zul di belakangnya.

"Kamu udah baikan?"

"Bos perhatian banget, sih. Nanti saya bisa salah paham, loh."

"Mohon maaf, saya punya istri cantik di rumah."

Zul tertawa. Menggoda Hafizh memang hal yang menyenangkan.

"Coba kalau mertua saya kaya bos."

"Memangnya mertua kamu kenapa? Sejauh yang saya tau, Pak Immanuel baik, kok."

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang