2. Mertua kejam

12K 2.7K 751
                                    

1500+ kata
Jangan lupa diramaikan yaaah 🔥🔥🔥

Selamat membaca ✨

***







"Mas sendiri yang isi dapur sama kulkas?"

"Maksudnya?"

"Maksudnya bahan makanan sama bumbu dapur."

"Oh, enggak. Aku nyuruh orang. By the way," Zul lebih mendekat, berdiri di sebelah Zulfa yang sedang mengaduk kopi itu dan sampai merangkulnya. Dia bukannya mau modus atau apa, sesungguhnya Zul cuma mau bisik-bisik dan memang posisinya harus begini takut ada orang ketiga yang denger. Masalahnya dia mau ghibahin si orang ketiga.

"Apa?"

"Kamu jangan bilang-bilang abi kita nanti mau bulan madu kemana."

"Kenapa?"

"Dia pasti susulin kita."

Zulfa mengedikkan bahunya sambil berdecak. "Mas terlalu parno."

"Serius."

"Lagian pasti abi akan tau sendiri pas kita pesen tiket pesawat."

Zul menganga sekian detik, lalu mengerucutkan bibirnya dan memberi jarak kembali dengan Zulfa. Adakah bagian bumi lain yang tidak akan Immanuel singgahi?

"Ini rencananya abi mau nginep di sini atau gimana?"

"Gak tau."

"Aku gak keberatan yang penting nanti malem bisa kunci pintu kamar."

Pipi Zulfa bersemu mendengar itu. Percayalah, setelah seminggu menikah, mereka belum melakukan hal lainnya selain tidur di kamar yang sama. Murni tidur. Dan untuk itu saja Zul sudah sangat bersyukur.

"Udah ayo ke ruang tamu. Gak enak ninggalin abi lama-lama sendirian. Lagian Mas ngapain ikut aku ke dapur?"

"Ya mau ngerumpi," jujurnya, sambil mengekori Zulfa yang membawa nampan berisi tiga gelas minuman.

Kejujuran Zul memang patut diacungi jempol. Dengan bosnya saja dia selalu jujur meski menyakitkan. Percayalah, lebih baik mendengar kejujuran, daripada kebohongan yang menciptakan kebahagiaan penuh tipuan.

Sesampainya di ambang ruang tamu, keduanya berhenti dan menoleh ke sekeliling.

Immanuel hilang.

"Mas, tadi abi duduk di sana, kan?"

"Iya. Gak mungkin yang tadi hantu. Hantu juga males nyerupain dia."

Zulfa tertawa mendengar itu. Percayalah, isi pikirannya sama dengan Zulfan.

"Abiii," panggil Zulfa, sambil berjalan untuk meletakkan nampan berisi minuman itu ke atas meja.

"Udah pulang kali."

"Masa gak pamitan."

"Mungkin buru-buru," kata Zul, positif thinking dan penuh harap. Tentu saja ia berharap Immanuel pergi. Mau bagaimanapun, tujuannya pindah ke rumah ini adalah agar bisa pacaran dengan istrinya. Ya kali malem pertama diembat bapaknya, mau pacaran juga bapaknya ngikut. Zul jadi bertanya-tanya, kapan mereka bisa punya Zul Junior kalau bahkan mau pergi bulan madu saja bakal disusul. Ya Allah, dosa apa si Zul sampe punya mertua begitu?

Zulfa berjalan menuju pintu rumah. Mencari keberadaan abinya yang mungkin duduk di teras. Namun ia tetap tak menemukan siapapun. Dan lagi, ia baru sadar kalau abinya tak membawa kendaraan. Dia naik apa coba ke sini? Apa diantar sopir? Jadi bener dia mau nginep di sini? Sebenarnya Zulfa tidak keberatan. Tentu ia senang kalau ayahnya tinggal bersamanya. Tapi mau bagaimana pun dia sudah memiliki seorang suami. Dan rasa-rasanya sikap abinya memang... Agak—tidak, tapi sangat berlebihan.

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang