17. Sebuah Pencapaian

7.7K 2K 303
                                    

"Boooss, tahan lift nya."

Seperti deja vu, Hafizh lagi-lagi menahan lift yang hampir tertutup itu untuk Zul yang sedang berlari dengan wajah berseri-seri. Tanpa sadar Hafizh ikut tersenyum melihatnya. Pasalnya Zul terlihat sangat bahagia. Hafizh tentu sudah tahu alasannya karena kemarin Zul menelfonnya saat di rumah sakit. Mari memutar ulang memori itu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Gimana-"

"Booos, istri saya hamil."

"Alhamdulillah. Sekarang keadaannya gimana?"

"Sehat, semua baik-baik aja. Nanti setelah anter Zulfa pulang, saya balik lagi-"

"Gak usah. Hari ini kamu temenin Zulfa aja. Dan gak perlu mikirin gaji. Gak akan dipotong."

"Bos Hafizh memang yang terbaik. I love you."

"Hih. I love you nya kasih ke Zulfa aja!"

Jadi begitulah percakapan singkat mereka ditelfon. Sekarang dengan terkejut karena terkesan tiba-tiba, Hafizh terdorong ke belakang karena pelukan Zulfan.

"Astaghfirullah, Zul."

"Ini pelukan salam dari istri saya."

"Ha?"

"Karena bos kemarin kirimin hadiah ke rumah."

"Oohh itu."

Ya, Hafizh memang mengirimkan sesuatu ke rumah Zul. Padahal hanya sekeranjang buah-buahan dan vitamin, tapi Zulfan terlihat senang sekali.

"Bilang istri kamu, makasih pelukannya."

Zul terkekeh sambil mengangguk.

"Ekhm."

Dan sungguh deheman itu sukses mengejutkan Zul sampai hampir terbentur pintu lift yang sudah tertutup.

"Astaghfirullah. Sejak kapan ada orang lain?"

Hafizh hanya tertawa mendengar pertanyaan spontan itu. Dilihatnya Zul buru-buru berdiri tegak dan tersenyum.

"Halo, Pak Alan," tapi salamnya kepada Alan memang tak pernah formal.

"Halo, Zulfan. Apa kabar?"

"Luar biasa baik hari ini."

"Keliatan jelas dari mata kamu."

"Memang mata saya kenapa?" tanya Zul sambil berputar menghadap pintu lift dan berkaca.

"Ada pelanginya."

Setelah mendengar itu Zul tertawa.

Hafizh yang melihat interaksi kedua orang itu hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Zul dan ayahnya memang perpaduan yang klop. Mereka kalo ngobrol suka nyeleneh tapi nyambung.

"Kabar baiknya apa kalau boleh saya tau?"

"Istri saya hamil," jawab Zul dengan cengiran lebar.

"Wah, kamu harus siap-siap, Zul!"

"Siap-siap?"

"Iya, ibu hamil mintanya aneh-aneh," kata Alan yang sudah sangat berpengalaman. Pria ber jas hitam yang sedikit lebih tinggi dari dua pria lainnya di sana terlihat sangat tampan seperti biasanya. Fisiknya nampak tak dimakan oleh usia.

"Gak papa. Selagi gak minta punya selingkuhan, pasti bakal saya sanggupin."

Hafizh maupun Alan tertawa mendengarnya. Ada-ada saja memang jawaban si Zulfan.

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang