29. Nasihat Immanuel

7.2K 2K 508
                                    

Alhamdulillah update lagi 🔥
Ada informasi soal cerita ini akan terbit menjadi novel di bawah, tolong dibaca yah.

Jangan lupa vote + komennya ❤

Selamat membaca 🌼

😽

Malam ini ada yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Bersama perkakas berupa palu dan paku, juga papan dan kayu, pria itu memasang sebuah plang di depan teras rumahnya. Tulisannya,

SIERRA DILARANG MASUK!

Pemilik Sierra, yang mana adalah Immanuel, sekarang sedang berkacak pinggang melihat kelakuan ajaib menantunya itu. Pukul delapan malam ini ia dengar ada suara berisik dari luar, saat ditengok, ternyata menantunya sedang menanam plang di halaman rumah.

Immanuel berjalan dengan langkah tegap. Ia penasaran apa tulisan di atas papan itu. Kemudian setelah melihatnya, bersamaan dengan Zul yang menyelesaikan tugasnya, Immanuel melipat tangan di bawah dada sambil geleng-geleng kepala.

"Zulpan, sejak kapan singa saya bisa baca?" tanyanya tak habis pikir.

"Heh?"

"Percuma kamu bikin itu, singa saya gak disekolahin supaya bisa baca. Dia disekolahin biar jinak dan gak makan manusia bodoh kaya menantu saya."

Zul geram. Enak aja dia dikatain bodoh. Pria muda itu kini berkacak pinggang, di tangannya masih ada palu yang tadi ia gunakan untuk bekerja. Mode gak takut sama bapak mertua aka mantan mafia.

"Bapak mertua," panggilnya dengan tegas, "Saya bikin plang ini biar majikan Sierra bisa baca. Syukur-syukur kalau majikannya cukup pinter untuk baca tulisan segede ini."

Immanuel mendengus keras. Bisa-bisanya si Zul membalas perkataan tajamnya itu. Berani sekali dia.

Pria muda itu membereskan perkakasnya, memasukkannya dalam box dan membersihkan sampah kayu dan papannya.

"Saya bawa Sierra ke sini buat nakutin Arinda. Tapi ternyata dia gak takut. Malah berani kasih Sierra makan. Kamu yang udah liat Sierra dua kali tetep aja pingsan lagi."

"Mental setiap orang itu berbeda-beda. Gak mandang laki atau perempuan, gak mandang udah pernah liat atau belum," jelas Zul, yang sepertinya memang merasa sangat keberatan dengan adanya Sierra di rumahnya.

Immanuel pun menghela napas merasa bersalah, ia menurunkan tangannya masih sambil memperhatikan menantunya yang sibuk dengan wajah bertekuk itu.

"Kalau begitu, saya minta maaf."

"Hah?"

Zul rasa tadi ada angin lewat di telinganya. Jadi mungkin dia salah dengar. Pria itu menghentikan aktifitasnya untuk sekali lagi mendengarkan ucapan sang mertua.

"Saya minta maaf dan gak akan bawa Sierra ke sini lagi. Mau bagaimana pun, ini rumah kamu."

Mendengar nada ketulusan dari Immanuel malah membuat Zul merasa dirinyalah orang jahatnya. Mertuanya sampai minta maaf begini. Zul yang masih punya hati -meskipun kecil- jadi merasa gak enak. Meski begitu Zul hanya bergumam, dia bingung mau jawab apa. Tapi diluar dari topik ini, sebenarnya ada yang ingin Zul bicarakan.

"Abi, kita bisa ngobrol sebentar?"

Immanuel diam. Mata setajam elangnya itu menatap penuh selidik. Namun pada akhirnya dia tetap berkata, "Boleh. Asal kamu buatin saya kopi."

Hhaahh... Pada akhirnya Immanuel tetaplah Immanuel.

***

Pada kursi teras kedua orang itu duduk. Di meja sudah tersedia dua cangkir kopi buatan Zulfan, juga sebungkus rokok berwarna hitam yang tidak pernah Zul lihat di minimarket. Merk nya pun tidak pernah Zul dengar atau lihat Treasure London Black ada tulisan pula di bawahnya yang dia baca Luxury Black. Entah karena Zul tidak merokok jadi dia tidak tahu, atau memang itu bukan produk Indonesia. Zul kurang paham. Tapi bentuk isinya saja tidak biasa. Warna batang rokok itu hitam, emas dan putih, seperti melambangkan pemiliknya yang sultan.

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang