10. Ujian pelakor

7.5K 2.1K 370
                                    

Seneng gak nih aku update terus???
Hihihi
Jangan lupa vote dan komen nya yaah 😉

Selamat membaca ✨

🌹

"Harusnya kamu telfon Mas dulu kalau mau ke sini, sayang."

"Memangnya kenapa? Aku kan tau Mas kerja di sini."

"Mas sering makan di luar. Ini aja mau ke luar."

"Oke, lain kali aku telfon Mas dulu. Karena aku udah di sini, Mas jangan makan di luar. Aku udah bawa makan siang," ujar wanita itu sambil mengangkat kotak makannya.

Zul tersenyum merasa bahagia. "Yaudah, kita makan di ruang kerja Mas aja."

"Kita makan di kantin aja."

"Tapi..." aku gak nyaman makan di kantin. Namun Zul hanya bisa melanjutkan itu dalam hatinya karena binar harap yang Zulfa tunjukkan. "Yaudah, ayo ke kantin." Diambilnya kotak makan berwarna biru yang Zulfa bawa, lalu tangan yang satunya Zul biarkan digandeng oleh sang istri.

"Gedungnya Pak Hafizh besar yah."

"Besaran gedung punya abi kamu, Sayang."

Zulfa hanya tersenyum. Sementara Zul melirik ke arah lain. Tanpa disangka wanita itu masih berdiri di tempatnya dan terang-terangan memandanginya yang sedang bersama Zulfa. Gila memang. Apa dia mau jadi pelakor sungguhan?

Zul menarik tangannya dari gandengan Zulfa, dan berganti merangkulnya. Sengaja mau manas-manasin pelakor. Sekalian biar dunia tahu betapa setianya seorang Zulfan. Dan dunia juga otomatis tahu kalau Zul yang dulu ledekin Hafizh bucin, sekarang dirinya pun udah jadi bucin sejati. Hohoho.

Di kantin mereka duduk berhadapan. Zul sudah membeli dua gelas minuman untuk mereka. Bukan hanya Zul, Zulfa pun nampak bahagia bisa makan siang bersama seperti ini.

"Oh iya, kamu ke sini sama siapa?"

"Sopir."

"Mas ngerasa gak enak karena kamu sampe harus ke sini. Padahal kalau mau makan siang bareng, mas bisa pulang, Sayang."

"Gak papa, Mas. Aku juga gak ada kerjaan di rumah."

Sebenarnya, kalau boleh jujur, Zul merasa curiga dengan kejutan tiba-tiba ini. Apakah ini tentang percakapan singkat mereka semalam? Apakah tadi pagi Zulfa hanya pura-pura lupa?

"Orang-orang kok ngeliatin kita sih, Mas? Mas terkenal ya di perusahaan?"

Kalau saja sedang minum atau makan, Zul pasti tersedak. Ini pasti gara-gara wanita itu. Apakah sebenarnya gosip sudah tersebar, hanya saja dia tidak mendengarnya? Pasalnya kalau diperhatikan, sudah tiga bulan Angel selalu mengganggu ketenangan hidupnya di perusahaan.

"Perasaan kamu aja kali. Atau mungkin mereka ngeliatin kamu, sayang. Soalnya bukan karyawan sini."

"Ooh, iya kali yah."

Zul mulai pandai membuat alasan. Sesungguhnya ia tidak ingin berbohong kepada Zulfa. Tapi kalau benar-benar terpaksa, ya mau gimana lagi. Apakah Zul harus menjalankan rencana jahatnya? Haruskah ia menjebak si pengganggu itu supaya dipecat? Astaga, kemana perginya Zul yang mencoba menjadi baik?

"Mas, aku mau ke toilet dulu," Zulfa sudah berdiri, sementara Zul yang mendengar itu reflek melakukan hal yang sama.

"Mas anter, yah."

"Gak usah, aku bisa sendiri kok."

"Gak papa, Mas anter aja."

"Mas."

Zul [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang