"Katanya, seseorang yang mengganggu orang lain tanpa sebuah alasan, dia hanya ingin mendapatkan perhatian dan mencurahkan kasih sayang."
-Hans-
✨
Tempat apa ini?
Itulah pertanyaan yang ada di dalam benak Zul saat mendatangi tempat pertemuan yang Immanuel tetapkan. Kalau diingat-ingat, rencana awalnya, Zul mau ngajak Immamuel duel. Tapi, melihat bangunan ini saja, sudah langsung membuat nyali Zul ciut. Kenapa hanya sebuah bangunan rasanya sudah menggambarkan seberapa garangnya si pemilik tempat ini.
Bangunan itu nampaknya berlantai dua. Dominasi luarnya adalah hitam dan abu. Di luar tempat ini Zul menghitung ada empat ajudan berseragam hitam dan dua anjing penjaga. Melihat itu semua Zul sudah menelan ludahnya.
"Anda sudah ditunggu Tuan Immanuel di dalam," kata pria yang menyambut Zul di gerbang depan.
"Sebenernya ini tempat apa?" tanya Zul sambil mengikuti pria yang dia tidak tahu namanya. Karena Zul belum kenalan sama dia. Dan Zul gak mau ngajak kenalan duluan. Gengsi.
"Ini rumah pribadi Tuan Immanuel."
"Yang dulu ditempatin sama Zulfa?"
"Masih ada."
"Kenapa mertua saya itu minta ketemuan di sini?"
"Saya kurang tau."
"Di dalem ada apa?" tanya Zul lagi ketika tepat berdiri di depan pintu rumah tersebut. Samar-samar pria itu menarik napasnya, merasa kalau Zul ternyata lebih rewel dari emak-emak.
"Anda akan tau."
"Ini bukan keisengan dia lagi, kan?"
Pria yang Zul tanya nampak mengangkat kedua alisnya. Dari ekspresi itu Zul tahu kalau pria di depannya pasti tidak ikut campur dalam keisengan Immanuel sebelumnya.
"Ada Sierra?" tanya Zul lagi. Hal pertama yang ia takutkan adalah Sierra yang menyambutnya di depan pintu. Katakanlah kalau Zul trauma dengan si pemilik kalung berlian itu.
"Ada."
Zul langsung mundur selangkah. Gagal sudah niatnya mau ngajak duel. Mendengar nama Sierra saja dia sudah ciut.
"Kamu masuk duluan!" suruhnya, tidak mau ambil resiko melihat Sierra menyambutnya.
Tidak banyak bertanya seperti Zul yang cerewetnya na'udzubillah, pria itu pun membuka pintu dan melangkah lebih dulu. Zul tertegun sejenak. Ternyata bangunan yang hanya terlihat dua lantai dari luar sebenarnya ada tiga lantai di dalamnya. Tanpa sadar ia ikut berjalan, sembari matanya mengagumi apa yang ia lihat.
Saat melewati pintu masuk itu ia sudah berada di lantai kedua. Ditundukkan kepalanya hingga ia melihat lantai dasar yang belum bisa ia lihat dengan leluasa.
"Mari ikut saya."
Zul tersadar, dan kembali mengikuti pria berjas hitam yang memutari lantai dua hingga akhirnya mereka tembus ke pintu lain. Sebuah halaman belakang yang sangat luas. Zul tidak berhenti takjub sampai mulutnya menganga. Bahkan ia tak menyadari keberadaan Immanuel yang semakin berjalan mendekatinya. Sementara pria yang menunjukkan jalannya tadi sudah mundur dan berdiri di pintu masuk.
"Ini lapangan golf?" tanyanya, masih fokus pada hamparan rumput hijau yang terbentang luas.
"Lapangan tembak."
Zul kaget mendengar suara barusan. Seingatnya pria yang menunjukkan jalan tadi nada suaranya gak senyebelin ini. Ternyata oh ternyata mertuanya yang baru saja bicara. Pantesan suranya bikin kesel. Tapi tunggu, tadi apa katanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Zul [SEGERA TERBIT]
Romance[LENGKAP] Zul dan Zul. Kisah mereka dimulai sejak insiden tabrakan dimana saat itu Zulfan sedang mencari jodoh di pinggir jalan. Karena tidak fokus memperhatikan jalanan, tanpa sengaja Zul menabrak seorang wanita yang sempat menyamarkan namanya menj...