Di hari libur yang tidak tentram ini, Zul sudah bersiap dengan kaus oblong dan celana jersey pendeknya. Sekarang Zul sedang berdiri di teras, menunggu mertuanya yang kalo siap-siap lamanya ngalahin anaknya yang cantik. Mungkin Immanuel lagi pake sunblock biar kulitnya gak gosong kena matahari. Zul kurang tau, cuma nebak. Emang bakat Zul kan su'udzon. Apalagi ke Immanuel.
Rencananya, pagi ini mereka mau jogging. Jogging perdana untuk mereka berdua. Zulfa gak bisa ikut kali ini karena kemungkinan mereka akan jogging sampai siang. Meski Zulfa sudah pasti kuat, Zul yang gak kuat ngeliatnya. Zul emang lemah.
"Abi nih kalo siap-siap udah kaya perawan aja," Zul bicara seperti itu karena melihat Immanuel sudah datang. Gak ada takutnya emang dia.
"Lambemu."
Sang menantu hanya mencebik dibilang seperti itu. Mereka pun melakukan pemanasan dulu di pelataran rumah sebelum memulai lari sejauh yang bisa mereka capai. Kali ini Immanuel sudah tidak meminjam pakaian Zul. Karena pakaian terakhir yang Immanuel pinjam dari Zul, robek saat Immanuel melepasnya. Emang dasar baju Zul murahan. Jadi Immanuel males pinjem lagi.
"Zul, kamu pernah lari sejauh apa?"
"Sejauh masa lalu yang ditinggalkan."
"Pagi-pagi udah menguras emosi aja kerjaan kamu," kata Immanuel, datar.
Zul hanya tertawa.
"Abi sendiri udah lari sejauh apa?"
"Sejauh kenangan yang belum bisa terlupakan."
Et daaaah. Mertuanya juga sama. Tapi bukan kesal, Zul malah tertawa lagi. Menyadari kalau mereka memang tidak ada bedanya.
"Kita nih kadang-kadang satu server yah, Bi."
"Saya ketularan kamu," ujar Immanuel sambil lari kecil di tempatnya. "Udah, ayo."
Mereka mulai berlari menuju pagar rumah yang sudah dibukakan oleh security.
"Hati-hati, Pak," ujar pria berseragam hitam itu.
Keduanya pun sontak menjawab, "Yoo." Secara bersamaan, lalu saling tatap dan terkekeh. Adem banget kalo dilihat. Jarang-jarang mereka begitu.
Pagi ini Zul pakai kaus oblong putih dengan bawahan celana jersey selutut berwarna abu-abu. Immanuel sendiri memakai kaus sport abu gelap berlengan pendek press body berlambangkan logo adidas di atas dada kirinya dan bawahan celana training hitam yang panjangnya hanya sampai di atas lutut dengan logo brand yang sama.
Jelas terlihat siapa yang lebih mengedepankan OOTD di saat-saat apapun. Yang pasti bukan Zul. Dia mah asal tarik baju dari lemari. Palingan pulang nanti diomelin sama Zulfa. Udah biasa.
Mereka terus berlari melewati beberapa rumah perkomplekan itu menuju ke gerbang depan. Rencananya memang mau jogging keluar, pokoknya sejauh yang mereka bisa capai sebelum waktu menunjukkan pukul sepuluh.
Zul mengangkat kedua alisnya ketika melihat seseorang baru keluar dari gerbang rumah. Dia memakai setelan olahraga berwarna pink dengan handuk kecil yang menggantung di leher. Jelas sekali kalau tujuannya juga mau olahraga. Wanita itu berlari di depan mereka. Zul sontak menoleh ke arah sang mertua. Langkah mereka berdua yang lebih lebar sudah pasti akan menyusul wanita itu.
"Abi, itu Arinda, loh."
"Mana?"
"Yang di depaaan."
Immanuel memelankan lajunya sampai akhirnya ia benar-benar berhenti.
"Nanti-nanti, tunggu dia jauh dulu," ujarnya. Sepertinya memang berniat menghindari wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zul [SEGERA TERBIT]
Romance[LENGKAP] Zul dan Zul. Kisah mereka dimulai sejak insiden tabrakan dimana saat itu Zulfan sedang mencari jodoh di pinggir jalan. Karena tidak fokus memperhatikan jalanan, tanpa sengaja Zul menabrak seorang wanita yang sempat menyamarkan namanya menj...