Vote dulu yuukks ✨
Meluncuuuuurr
🦁
Setelah membeli salah satu gamis beserta jilbabnya yang akan ia berikan kepada istrinya itu, dia duduk pada sofa. Tadinya dia tidak ada niatan membeli pakaian. Tapi setelah datang ke butik, ternyata banyak gamis cantik yang mengingatkannya pada sang istri. Jadilah dia beli satu. Paper bag berisi pakaiannya itu ditaruh di sampingnya. Di atas meja sudah tersedia teh hangat.
Jarum jam menunjukkan pukul setengah satu, lumayan masih ada waktu untuk mengobrol sebelum kembali ke kantor. Namun sang pemilik butik yang meminta temu di tempat ini belum juga muncul. Tapi katanya dia memang sedang sibuk. Ini saja masih untung Zul yang gak sabaran dikasih waktu temu.
"Mohon maaf, Mas Zulfan, sudah menunggu lama."
Zul berdiri, menyambut dengan sopan dan tersenyum. "Gak papa, Bu," ujarnya, kemudian duduk kembali setelah dipersilakan.
"Mohon maaf sebelumnya karena menyita waktu Bu Reya."
"Gak papa, sepertinya memang ada sesuatu yang mendesak."
Zul langsung mengangguk. "Ini soal mertua saya. Sejak pertemuan yang saya atur itu, apa Abi saya atur pertemuan lagi dengan Bu Reya?"
"Betul. Sekitar beberapa minggu yang lalu."
Wah, ternyata benar. Zul berdehem sebentar. "Apa dia membahas soal Arinda lagi?" tanyanya basa-basi. Tidak mungkin langsung bertanya apakah Bu Reya menolak mertua saya. Zul masih punya sopan santun di depan wanita baik ini.
"Oh itu... Bukan. Beliau membahas soal mendiang istrinya. Katanya mirip dengan saya."
Zul tak menyangka kalau Immanuel langsung membicarakan soal itu. Ia menghela napas, ingin mencari tahu lebih detail, namun bingung cara merangkai katanya bagaimana.
Namun, belum sempat bicara kembali, wanita di depannya lebih dulu angkat suara dengan senyuman keibuan di wajahnya. Sangat menyejukan di pandang mata.
"Sepertinya beliau sangat mencintai mendiang istrinya."
Zul mengangguk. "Apa Bu Reya tidak keberatan untuk menceritakan pertemuan terakhir dengan mertua saya?"
Wanita itu diam sebentar, namun pada akhirnya dia tetap bercerita.
Kembali mengulang memori di hari pertemuan Immanuel dan bu Reya.
"Terima kasih mau bertemu dengan saya malam ini," ujar pria itu setelah menarik kursi dan mempersilakan wanita itu duduk. Sikap gantle nya tidak usah diragukan.
Setelah sama-sama terduduk, wanita berjilbab krem itu bertanya khawatir, "Apa putri saya membuat masalah lagi?"
"Iya, hampir setiap hari."
Lagi, Immanuel melihat wanita itu saling mengganggam tangan. Tanpa sadar Immanuel tersenyum melihat itu. Banyak kenangan yang terlintas dalam ingatannya, dan ia biarkan kenangan itu menguasai hatinya.
"Tapi bukan itu masalahnya."
"Ya?"
"Saya bukan mau membahas soal Arinda. Setelah saya pikir-pikir, dia hanya seorang anak-anak, jadi saya tidak akan menganggapnya serius."
Wanita itu menghela napas lega. Setelahnya Immanuel menyerahkan sebuah amplop coklat yang ada di sisi kiri mejanya.
"Saya hanya ingin memastikan sesuatu," ucapnya, sambil meminta bu Reya untuk membuka amplop tersebut. Wanita itu membukanya, menemukan beberapa lembar foto wanita berparas cantik yang tersenyum, ada pula yang tertawa. Dari angle nya, sepertinya foto-foto tersebut diambil secara diam-diam. Entah foto siapa yang dilihatnya kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zul [SEGERA TERBIT]
Romance[LENGKAP] Zul dan Zul. Kisah mereka dimulai sejak insiden tabrakan dimana saat itu Zulfan sedang mencari jodoh di pinggir jalan. Karena tidak fokus memperhatikan jalanan, tanpa sengaja Zul menabrak seorang wanita yang sempat menyamarkan namanya menj...