🌼 Bagian 4

11.1K 743 5
                                    

Rasulullah SAW . bersabda, "Allah swt. berfirman, "Siapa yang tidak ridha dengan keputusan-Ku dan tidak sabar atas ujian-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku." Nabi Muhammad SAW . bersabda, "Sabar ketika musibah (diganjar) dengan sembilan ratus derajat."

---------

Balutan gamis cokelat muda dengan kerudung yang senada serta sepasang sepatu putih sneakers melengkapi keanggunan Anantha pagi ini. Kakinya dengan santai melangkah menuruni beberapa anak tangga untuk menyusul kedua orang tuanya di ruang makan.

"Pagi, Ayah, Bunda!" sapanya sembari menarik kursi bersiap untuk duduk.

"Pagi, sayang," jawab Habibah seraya menaruh piring ke meja bagian Anantha.

Anantha menoleh ke arah ayahnya, ia tersenyum perih saat ayahnya tidak kembali membalas sapaan darinya. Ia yakin, ayahnya masih memendam sebuah kekecewaan padanya.

Anantha duduk di hadapan ayahnya dengan kepala tertunduk lesu. Habibah yang menyadari itu, ia berdehem memecah keheningan.

"Kamu mau sarapan pakai apa, sayang?" tanyanya berusaha mencairkan suasana.

"Anantha nggak jadi sarapan, Bun. Anantha berangkat aja."

Baru saja ia berdiri, suara seseorang menghentikan pergerakannya.

"Jangan suka nyiksa diri, nggak baik!" tutur Ilham seraya melahap sesendok nasi gorengnya.

Anantha duduk, ia menatap ayahnya yang sama sekali tidak menatapnya.

"Ayah, Anantha tau Ayah kecewa sama aku, sama kelakuan aku. Tapi, apa boleh Anantha minta kepercayaan dari Ayah untuk kali ini?" Anantha menahan napasnya saat Ilham tidak merespon ucapannya.

"Ayah boleh kecewa sama Anantha, tapi Anantha mohon, pertahankan kepercayaan Ayah buat aku, Anantha lebih milih Ayah marah bentak aku daripada Ayah diem gini, Anantha nggak bisa. Yah, kenapa Ayah nggak percaya sama Anantha? Bunda aja bisa percaya sama aku, kenapa Ayah enggak? Kenapa Bunda ngertiin aku tapi Ayah eng--"

"Karna Ayah sama Bunda kamu itu beda! Kita punya pemikiran masing-masing. Ingat, Anantha, kekhilafan pada setiap manusia itu pasti ada. Ayah tau kamu itu menyesal, tapi seharusnya sebelum kamu melakukan itu, kamu bisa mikirin itu dengan sebaik mungkin, bukan seenaknya. Kamu nggak bisa gini, An!" tegas Ilham.

"Ayah, Ayah benar-benar percaya kalau Anantha ngelakuin itu? Ayah percaya anak Ayah ini ngelakuin hal sekeji itu?" Ilham diam, Anantha menahan buliran air matanya yang sudah mengumpul di pelupuk mata.

"Cukup, Anantha! Masalah ini sudah Ayah anggap selesai, lagi pula, kamu sebentar lagi akan menikah dengan Azka," tegas Ilham.

Anantha menatap Bundanya yang hanya mampu tertunduk, ia menghela napas berat dengan dada begitu sesak. Ia berdiri menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

"Anantha pamit, assalamu'alaikum!"

Anantha meninggalkan ruangan itu kemudian melangkahkan kaki keluar rumah.

Nikah Dadakan [ END, lengkap ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang