Nikah Dadakan [ END, lengkap ✅ ]

🌼 Bagian 27

Hidup di dunia ini ibarat masa menanam, dan hidup di akhirat adalah masa menuai. Kalau tidak maksimal menanam kebaikan, bagaimana mungkin bisa menuai kebahagiaan?

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُون

“Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian dengan sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115)

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/7170-penyesalan-memang-selalu-datang-belakangan.html

---------

Laki-laki dengan raut wajah sendu itu mendongak, menatap pintu besar yang menjulang tinggi bercat putih tersebut. Hembusan napas berat berhasil keluar dari indra penciumannya. Perlahan, tangannya terulur mengetuk pintu itu sembari berharap, agar semua orang tidak menghujaninya dengan banyak pertanyaan.

Tok!

Tok!

Tok!

Samar-samar Azka mendengar derap langkah dari dalam, Ia yakin pintu akan segera terbuka. Jantungnya semakin berdetak dengan cepat sesaat mendengar bunyi kunci yang diputar.

Ceklek!

"An--" Kalimat Habibah terhenti saat melihat Azka hanya seorang diri.

"Nak Azka, Anantha di mana?" tanya Ilham.

Azka menunduk, tak berani menatap semua orang yang menunggu jawaban darinya. Tyas maju mendekat ke arah putranya seraya menyentuh lengan Azka.

"Az, Anantha di mana?" tanyanya.

Azka meneguk ludahnya kasar, Ia masih tertunduk dengan air mata yang sengaja Ia tahan di pelupuk matanya. Habibah menggoyangkan lengan Azka agar laki-laki itu segera menjawab.

"Azka, jawab Bunda! Anantha di mana? K--kenapa dia nggak sama kamu?" tanya Habibah dengan suara bergetar, perasaannya berubah begitu cemas.

William yang geram sebab Azka tidak segera menjawab, Ia maju tepat di hadapan anaknya itu. "Jangan buat kami bingung, Azka! Di mana Anantha?!" tegas William.

Azka akhirnya mendongak, menatap mereka semua
satu persatu hingga berakhir pada tatapan Habibah, mertuanya. Ia bisa melihat dengan jelas betapa cemasnya perempuan setengah baya itu pada putrinya.