🌼 Bagian 11

13.2K 1K 5
                                    

"Just be yourself "hidup bukan untuk mendapat pujian dari orang lain,jangan pernah menyamar hanya untuk dipuji,tapi cobalah untuk selalu jujur walaupun tidak selalu dipuji.

----------


Pernahkan hidupmu berada dalam titik mengharapkan sesuatu
begitu besar? Sebuah harapan di mana ia akan menentukan hidup kita untuk ke depannya. Harapan indah, yang membuat dirimu berkhayal dan berimajinasi begitu tinggi untuk mencapai sebuah mimpi.

Cinta, sebuah kata yang terdengar indah. Namun, terlalu banyak jebakan-jebakan misteri di dalamnya. Mimpi, sesuatu hal terjadi dikarenakan sebuah pengharapan begitu tinggi. Dulu, aku pernah membuat harapan, hingga menjadikannya sebagai mimpi. Mencintai dan dicintai seseorang adalah harapan terbesarku, hingga berlanjut ke jenjang halal, itu adalah mimpiku.

Namun, ternyata aku salah. Takdir tetaplah takdir, sebesar apapun harapanku, setinggi apapun mimpiku, itu tidak akan terjadi jika takdir telah membuat semesta berkata lain.
Kini, aku hanya bisa menerima dengan lapang, keputusan Tuhan yang membuat semesta berkata tidak untuk harapan dan mimpiku.

Aku tidak marah, hanya sedikit terkejut. Perlahan, aku akan sepenuhnya menerima dia, dengan segala keikhlasan dan memberinya segala cinta dengan landasan sebuah ketaatan kepada-Nya, pencipta alam semesta.

Anantha

Perempuan dengan balutan piyama biru dongker dan rambut tergerai bebas itu menutup buku berukuran sedang bertuliskan "My Diary" tersebut, Anantha hanya menghabiskan waktu mencurahkan segala isi pikiran dan hatinya di dalam buku kesayangannya itu.

Lain halnya dengan Anantha, Azka masih sibuk menyelesaikan tugas kampusnya. Sebab, mereka berdua besok sudah akan kembali mengikuti kegiatan kampus seperti biasa. Anantha berdiri kemudian melangkah keluar kamar.

Azka tidak menoleh barang sedikitpun, ia bahkan mungkin tidak menyadari pergerakan Anantha, otak dan matanya begitu fokus memandang layar laptop dengan logo apel terbelah di depannya.

"Nih, minum dulu!" Reflek Azka mendongak melihat Anantha yang tengah mengulurkan secangkir susu cokelat panas seraya tersenyum.

Azka menerima susu tersebut dengan senyum canggung. "Makasih," ucapnya.

"Sama-sama." Setelah menjawab, Anantha kembali melangkah ke arah ranjangnya kemudian membuka ponsel.

Sudut bibirnya tertarik membentuk seukiran senyum tipis saat membaca salah satu pesan whatshapp yang dikirimkan kepadanya beberapa menit lalu.

"Azka!" panggil Anantha.

"Hm?" jawab laki-laki itu dengan pandangan masih belum berubah.

"Hari minggu besok Mama nyuruh aku ke rumahnya," tutur Anantha dengan nada girang penuh rasa bahagia.

Nikah Dadakan [ END, lengkap ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang