🌼 Bagian 38

10.5K 753 9
                                    

Siapa yang mencintai seseorang karena Allah, kemudian seseorang yang dicintainya itu berkata, "Aku juga mencintaimu karena Allah." Maka keduanya akan masuk surga. Orang yang lebih besar cintanya akan lebih tinggi derajatnya daripada yang lainnya. Ia digabungkan dengan orang-orang yang mencintai karena Allah.

---------


Kedua bola matanya menatap rumah bertingkat dua, jantungnya terasa berdegup lebih kencang dari biasanya, laki-laki yang tak lain adalah Azka itu perlahan melangkah lebih dekat pada pintu utama tersebut, Ia mengumpulkan keberanian untuk mengetuk pintu bercat putih itu.

Baru saja tangan kanannya terulur, Azka kembali menariknya. Ia merasa ragu dan takut dalam waktu bersamaan. Akankah Anantha akan menerima kedatangannya? Ataukah kedatangannya ini hanya akan membuat Anantha semakin kecewa dengannya? Pikir Azka.

Azka menghembuskan napas pelan, apapun reaksi Anantha nantinya, Azka tidak perduli, Ia akan tetap memastikan jika Anantha benar-benar masih hidup. Tangannya kembali terulur, dengan segenap niatnya bertemu Anantha, Azka rela jika nantinya Ia hanya akan mendapat amukan dari perempuan itu.

Tok! Tok! Tok!

Belum ada respon dari dalam, Azka mencoba kembali. Namun, hasilnya tetap sama. Tak ada tanda-tanda pintu akan segera dibuka, seakan tidak menyerah Azka kembali mengulurkan tangannya untuk mengetuk pintu menjulang tinggi tersebut.

Tok! Tok! Tok!

Azka menghela napasnya berat, apakah di dalam tidak ada orang satupun? Pikir Azka. Dengan sangat terpaksa Azka memundurkan langkahnya, kemudian berbalik melangkah pergi. Azka memutuskan untuk pulang, Ia akan kembali besok dengan harapan Ia bisa segera menemui Anantha.

Ceklek!

"Nak Azka?"

Azka sontak memberhentikan langkahnya, Ia membalikkan tubuhnya dan terdiam sejenak. Perempuan setengah baya itu menghampiri Azka yang masih terdiam di tempat.

"Nak Azka ngapain di sini?" tanya Habibah.

Azka mengerjap, Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada bermaksud memberikan salam kepada Habibah.

"Maaf kalau kedatangan Azka membuat Bunda nggak nyaman, dan mungkin Bunda nggak suka Azka ada di sini, Azka pergi dulu. Assalamu'alaikum!"

"Tunggu dulu, Azka! Bunda belum selesai bicara sama kamu," cegah Habibah.

Azka kembali di posisi semula dengan pandangan menunduk. Sungguh, kesalahannya di masa lalu membuat Azka begitu malu berhadapan dengan keluarga Anantha.

"Ayo masuk sayang, Bunda kebetulan ingin bicara sama kamu," tutur Habibah.

"Tapi, Bun--"

"Bunda akan sangat senang jika kamu tidak menolak." Azka menghela napas pasrah kemudian mengangguk mengiyakan.

Habibah pun tak sungkan mengulas senyumnya lantas mengajak Azka masuk ke dalam rumah.

"Apa tujuan nak Azka ke sini? Dan kenapa nak Azka tadi malah memilih kembali pergi?" tanya Habibah setelah mereka berada di ruang tamu. Rumah itu tampak sepi sebab Ilham tengah ke kantor seperti biasanya.

"Sebelumnya Azka minta maaf sama Bunda dan sama semuanya. Azka tidak pernah ke sini seakan menghindari semuanya, tapi yang sebenarnya adalah, Azka malu, Bun. Kesalahan Azka sangat besar sama Bunda dan Ayah, Azka sampai tidak punya muka untuk berhadapan dengan kalian. kalaupun Bunda sekarang masih marah sama aku, aku tidak masalah, Bun. Bunda sama ay--"

"Azka, sudahlah. Itu hanya masa lalu, Bunda sudah memaafkan kamu, ya walau mungkin suami Bunda belum bisa mengikhlaskan semua itu, Bunda akan tetap memaafkan kamu, Az. Bunda tau, saat itu kamu mungkin tengah khilaf sampai melakukan kesalahan sebesar ini. Jadi, tujuan kamu datang ke sini apa?" papar Habibah.

Nikah Dadakan [ END, lengkap ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang