🌼 Bagian 10

14.4K 1.1K 2
                                    

"Jauhilah darimu sifat dengki atau iri hati karena sesungguhnya dengki itu memakan amal kebaikan seperti api memakan kayu bakar."

"Merasa iri hati dan cemburu pada orang lain akan membuat hatimu busuk."

-----------

Malam itu terasa begitu dingin, bau petrichor tercium dengan jelas. Walau hanya gerimis ringan beberapa menit tadi, tanah sudah basah rata oleh hujan. Namun, hal itu tidak membuat Anantha mengubah keputusannya, ia tetap mengajak Azka untuk berjalan kaki mencari makanan untuk makan malam mereka.

Tentunya ia harus berdebat panjang terlebih dahulu dengan suami yang keras kepala itu. Mana mungkin seorang Azka akan mau berjalan kaki, ditambah malam-malam seperti ini. Namun, dengan segala bujukan Anantha, Azka akhirnya menyerah daripada harus menahan laparnya.

"Lo tau dari mana sih kalau deket komplek ini ada yang jual makanan?" tanya Azka dengan wajah yang masih tertekuk.

"Tadi pas kita ke sini aku nggak sengaja liat, bukanya juga malem," jawab Anantha.

"Restoran?" Anantha tersenyum kecil kemudian menggeleng.

"Maksud lo?"

"Udah deh nurut aja, aku jamin pasti kamu suka kok." Azka mengerutkan dahinya bingung.

"Sok tau banget sih lo! emang pernah makan di situ?" Anantha menggeleng.

"Terus? Dari--"

"Tuh udah sampe," sela Anantha seraya memberhentikan langkahnya.

Azka menatap ke depan, seketika bola matanya membulat melihat tempat makan tersebut.

Anantha terkekeh kecil saat melihat ekspresi Azka. "Malah bengong, Ayo!"

Azka menggeleng, ia menatap Anantha kesal, kemarahan semakin terlihat kontras di wajahnya.

"Kok lo nggak bilang sih kalau mau makan di tempat kaya gitu?" protes Azka.

"Ya emang kenapa? Tempatnya bersih kok, halal lagi."

"Gue nggak mungkin ya makan di tempat kaya gitu, seorang Azka nggak akan mau makan begituan," tolaknya.

Anantha menghela napas pelan. " Inget, Azka. Makanlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah, dengan tidak berlebihan dan tidak angkuh. (Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa'i: 2512, Ibnu Majah: 3595, dan Ahmad: 6408)."

"Dari situ sudah jelas, kita dianjurkan untuk tidak angkuh dalam memilih makanan. Jika makanan sederhana saja ada yang halal bahkan lebih nikmat, kenapa harus makan di tempat mahal dan belum tentu mengenyangkan?" terang Anantha dengan tatapan dan nada bicara yang penuh ketenangan.

Azka mengalah, berdebat dengan Anantha, sama saja berdebat dengan seorang ustadzah.

Ia akan selalu kalah telak.

"Oke-oke, gue mau. Ya udah ayo! Gue laper banget," putus Azka.

Anantha tersenyum kemudian keduanya melanjutkan langkah mereka hingga benar-benar sampai di lesehan pecel lele itu.

Keduanya duduk dengan tikar sebagai alasnya, Anantha sedari tadi merasa senang, sudah lama sekali ia tidak makan di lesehan seperti ini. Biasanya, ia akan makan pecel lele bersama Habibah dan Ilham. Namun, sekarang suaminya lah yang menggantikan.

Nikah Dadakan [ END, lengkap ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang