🌼 Bagian 5

12.7K 783 1
                                    

"Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji ( kemaluan ). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum ( puasa ), karena shaum itu dapat membentengi dirinya."
( HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan lainnya ).

---------

🏛 Kediaman Ilham Al Nasri, Anantha.

Rumah mewah bertingkat dua tersebut semakin terkesan megah dengan hiasan pernak pernik berlian yang terlihat menarik dan elegan dengan hiasan bunga bewarna putih nan biru tertempel di dinding-dinding serta pintu di sana.

Ruangan tersebut juga didesain sangat glamor tetapi masih ada unsur kalem karena perpaduan antara warna putih, silver, serta biru. Hari ini adalah hari special untuk calon pengantin Azka dan Anantha. Namun, sepertinya itu tidak akan terlalu spesial untuk Anantha.

Ia sekarang tengah terdiam di depan cermin rias seorang diri. Setelah perias selesai mendadaninya, ia sengaja meminta perias tersebut untuk keluar. Anantha menatap pantulan dirinya di dalam cermin.

Ia akui hari ini dirinya memang terlihat sangat cantik, Anantha bahkan heran bagaimana caranya perias tersebut menyulap dirinya menjadi secantik dan seanggun ini. Dengan gaun pernikahan bewarna silver model kekinian dan bawahan yang menjuntai panjang, serta pernak-pernik pernik mutiara mengkilap sebagai hiasannya.

Gaun indah nan mahal itu tentunya pilihan dari calon mertuanya, mama Azka.

Tidak lupa hijab bewarna senada terlihat simple dengan penutup kepala sebagai pelapis kerudung yang di atasnya diberi mahkota bewarna putih, make up nya tidak terlalu mencolok, tetap memperlihatkan  wajah asli Anantha yang tampak manis.

Namun, sayang ia tidak terlalu bahagia. Mana bisa ia sepenuhnya bahagia saat ia harus menikah dengan orang yang tidak ia cintai? Itu sama sekali tidak mungkin.

"Sayang?" Anantha ternjengit kaget, ia berkedip satu kali kemudian berdiri menghadap Habibah yang telah terlihat cantik dengan gaun simple bewarna putih.

"Bunda?"

Habibah mengusap lembut lengan atas Anantha dengan tatapan berkaca-kacanya.

"Bunda mohon sama kamu, bahagia lah buat Bunda, percaya sama Bunda kalau cinta akan datang karena terbiasa sayang. Bunda mau kamu berjanji sama Bunda, kalau kamu bakal jadi istri yang baik buat suami kamu, berusahalah mencintai dan menerima Azka, An. Kamu mau janji sama Bunda?"

Anantha diam sejenak, memikirkan jawaban yang tepat untuk Bundanya. Namun, melihat pancaran harapan begitu besar pada mata Bundanya, Anantha tidak akan mungkin bisa menolak.

Anantha mengangguk seraya mengulas senyuman tipis, "Anantha janji sama Bunda," jawabnya.

Habibah tersenyum dengan bersamaan air matanya yang menetes membasahi pipinya. Ia memeluk Anantha seraya berdoa agar putrinya bisa selalu mendapatkan kebahagiaan di mana pun.

--

Para tamu sudah berdatangan memenuhi tempat yang sudah disediakan, acara beberapa menit lagi akan dimulai kemudian melangsungkan ijab-qobul. Anantha tentunya masih berada di kamar rias menunggu waktunya ia turun, sedangkan Azka, sekarang telah duduk dengan wajah tanpa ekspresinya di depan penghulu.

Nikah Dadakan [ END, lengkap ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang