🌼 Bagian 23

9.8K 879 28
                                    


Tahap pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya

Sufyan bin Uyainah --

---------

Kabel hendset terpasang sempurna dikedua telinga Anantha. Tatapannya terfokus menyaksikan ceramah dari salah satu ustadzah favoritnya melalui ponsel. Ia terlihat begitu tenang mendengarkan ilmu yang disampaikan oleh ustadzah tersebut, hingga sampai ke pembahasan soal cinta.

"Cinta, siapa yang tidak mengenal istilah tersebut. Kadang ada yang bertanya, apakah benar jika mencintai dan membenci itu sewajarnya? Ya, kalimat tersebut sangatlah benar. Kita diharuskan memiliki cinta yang besar hanya kepada Tuhan, selain itu, cintailah makhluk-Nya dengan sewajarnya saja. Sebab, jika hati telah menaruh perasaan cinta melebihi batas wajar, bersiaplah untuk merasakan betapa sakitnya dikecewakan."

Seulas senyum tipis tercetak manis di bibir Anantha. Bagaimanapun perasaannya kepada Azka saat ini, Ia akan tetap mempersiapkan hati untuk menghadapi rasa cinta yang Anantha yakini akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

Bagi Anantha, Azka memang bukanlah tipikal suami yang selama ini Ia idam-idamkan. Bahkan sifat Azka begitu jauh dari dirinya inginkan. Namun, tetap saja, Ia tidak dapat memungkiri jika dirinya sudah mencintai laki-laki menyebalkan itu.

Anantha sangat menyayangkan sebab acara liburan mereka batal, bahkan mereka baru saja berada di sana semalam kemudian Azka sudah memintanya pulang? Ia yakin, perempuan manapun pasti akan merasa kecewa sekaligus kesal dalam waktu yang bersamaan.

Namun, bukan itu yang Ia pikirkan. Ia masih memikirkan urusan apa yang membuat Azka menjadi bersikap aneh seperti ini kepadanya. Pagi itu, disaat mereka di bandara, hati Anantha sempat menghangat saat Azka melemparkan candaan romantis kepadanya. Tidak salah jika Anantha menaruh sedikit harapan kepada Azka jika hubungan mereka akan semakin dekat. Tapi, seketika harapannya tersebut pupus seketika saat Azka lebih memilih memulangkannya dengan alasan tidak jelas.

Anantha menghela napas berat, membuka buku hariannya kemudian menuliskan sesuatu di sana.

Pada suatu malam aku merasakan kecemasan akan keberadaan dirimu yang pergi begitu saja malam itu.
Tingkahmu, tidak seperti biasa, aku merasa ada keanehan yang terjadi. Namun, aku berusaha mengabaikan.
Beberapa jam kemudian, kau pulang, dengan keadaan berantakan, dan bau alkohol begitu menyengat menyeruak ke indra penciumanku.

Tatapanmu berbeda, tidak seperti biasanya.
Ada kabut kemarahan di sana. Namun, bukan itu yang mendominasi, ada kesenangan terlihat jelas pada binar matamu.
Tapi, sekali lagi aku memastikan apa alasan di balik semua itu, dan ternyata, bukanlah aku.

Nikah Dadakan [ END, lengkap ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang