Setelah suho mengakhiri telfonya. jisoo panik sangat panik dia mengambil tas selempanganya dan segera pergi ketempat yang suho bilang tadi.
Jisoo sampai ditempat itu. Perasaanya campur aduk. Dia teringat kejadian beberapa tahun lalu tapi dia bertegat kuat untuk menjemput suho disana.
Jisoo memasuki club itu. Detuman musik, asap rokok, bau alkhol begitu dominasi didalam club yang baru saja jisoo datangi. Menegok Kekanan dan kekiri untuk mencari keberadaan suho. Sampai matanya tertujuh kepada pria dan seorang wanita yang sedang bercumbu.
Jisoo marah. Dia sangatlah marah. Air matanya begitu saja terjatuh. jisoo menghampiri suho dengan tatapan kemarahan.
Jisoo melihat kearah wanita yang berada disamping suho dan menarik tanganya untuk berdiri.
Plak. Suara tamparan cukup mulus dipipi kanan wanita itu. "Hey apa yang kau lakukan," bentak suho yang berdiri dari duduknya dan memegang kedua bahu wanita itu.
Jisoo tersenyum sinis melihat kearah suho. Hatinya sakit benar benar sakit. Hatinya tidak puas jika hanya menampar perempuanya saja.
Plak. Suara tamparan cukup keras dari tangan jisoo. Dia pergi sambil menangis dari club itu.
Hatinya benar benar sakit melihat suho bersama wanita lain disana. Jisoo terduduk lemas disebuah gang cukup sepi. Berteriak, menangis dan memukul itulah cara jisoo meluapkan amarahnya.
Jisoo membanting headphonya dengan keras karena headphon itu terus berdering dengan irama lagi yang mengingatkan suho.
"Kenapa?" Tanya seseorang yang membuat jisoo menegok kearah belakang.
Lelaki itu tersenyum sambil berjalan menghampiri jisoo. Jisoo memanyunkan bibirnya dan berlari untuk memeluk pria itu yang membuat pria itu kaget seketika.
"Kai," ujar jisoo yang menangis dipelukan kai sambil melampiaskan kemarahanya.
Kai melepaskan pelukan jisoo sambil memegang kedua pipi jisoo untuk mengusap air matanya. "Semua orang memang begitu, dia membuat kita istimewa kemarin, kemudia dia membuat kita merasa tak di-inginkan sekarang" ujar kai yang memperhatikan wajah cantik jisoo yang memerah dan mata indah dengan limbangan air mata.
Jisoo tersenyum mendengar perkataan dari kai "kau memang benar," ujar Jisoo tersenyum menangis.
"Gak boleh nagis kaaya gini. Kan kamu belum balas dendam sama seseorang yang membuatmu menangis. Kuatlah," ujar Kai yang melepaskan tanganya dari pipi Jisoo.
Entah kenapa kedatangan kai membuatnya sedikit tenang. "Terimakasih," hanya kata itu yang bisa jisoo ucapkan dari mulutnya.
"Mari pulang," ujar kai yang menarik tangan jisoo lembut untuk memasuki mobilnya.
Setelah dimobil kai terus memperhatikakan wajah cantik jisoo disaat lampu merah menyala. Walaupun wajah itu telah kotor karena air mata tapi kecantikanya masih bertahan lama diwajahnya.
Kai tersadar dari lamunan ketika bunyi klakson yang bergekuru dibelakanganya. "Kai dia adalah tunangan sahabtamu sadarlah," batin kai yang fokus melihat kejalanan.
***
Pagi hari yang sangat melelahkan bagi jeon jisoo karena baru saja nyampe kantor dia sudah disuguhi dengan berbagai pekerjaan yang harus diselesaikan. Ada beberapa dokumen juga yang harus ditanda tangani tapi jisoo terlalu malas untuk pergi keruangan bosnya .
"Kumpulin saja dulu. Nanti baru minta tanda tangan," ujar jisoo membereskan dokumen dokumen yang baru ia terimah dan dia kerjakan.
Jisoo berjalan dengan khawatir. Dia masih mengigat kejadian kemarin tapi jisoo tidak mau menyangkut pautkan pekerjaan dengan urusan pribadaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss || [End√]
RomanceSiapa ayah dari anaku??? Cerita yang berhubungan dengan percintaan semalam, pencurian, mafia, pembunuhan, bos yang penguasa dan seorang anak yang tidak tahu ayahnya, dengan bumbu-bumbu persahabatan dan cinta segitiga . Siapa ayah dari anaku? Jisoo...