Seperti yang di bilang, Zueny benar-benar bisa kembali ke sekolah setelah 2-3 hari ke depan. Dan hari itu tepatnya adalah sekarang.
Kini, gadis gendut tengah menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin lemari. Terlihat badannya yang sedikit mengurus daripada biasanya.
Dalam batinnya bertanya-tanya, "Apakah aku siap untuk kembali menghadapi orang-orang di sekolah?"
Ia menghela napasnya dan berusaha menyiapkan mentalnya. Bagaimanapun juga, ia sudah menghilang cukup lama. Pastinya banyak hal-hal yang ia lewatkan selama di rumah.
"Zueny, kamu udah selesai? Nak Davian udah nunggu di depan." kata ayahnya dari luar kamarnya.
Zueny langsung mengambil tas nya, memakai sepatu hitamnya, dan segera pamit pada sang ayah. "Hati-hati ya, nak. Kalau ada apa-apa lagi, bilang sama ayah, jangan di jadikan beban!" peringatan ayahnya.
Gadis itu hanya mengangguk. Lalu mencium punggung tangan ayahnya, disusul oleh Davian pula.
Mereka berdua berangkat tentunya menggunakan motor milik lelaki itu. Dan entah ada apa dengan Davian hari ini, tumben saja membawa motor matic biasa. Karena, sering kali lelaki itu mengendarai motor besar, kalau tidak ia akan bersama dengan Jaguar.
Lelaki kardus macam Davian ini tentunya mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ia mencoba untuk ngebut mendadak, sehingga mau tak mau Zueny mencengkram tasnya.
Padahal, dalam ekspetasinya, gadis itu akan memeluk pinggangnya. Tapi ia lupa, kalau dia tengah merangkul tasnya di belakang punggung.
Akhirnya, mereka sampai di parkiran sekolah. Gadis gendut itu buru-buru untuk turun. Lalu sesekali melirik ke arah ban motor Davian guna memastikan, apakah ada kebocoran atau kempes tidak ban motor lelaki itu.
Dan perlahan-lahan juga, Zueny mencoba memegang dan menekan-nekan ban motor itu.
Davian yang baru melepas helmnya, terheran-heran dengan kelakuan gadis di depannya itu. Lalu perlahan, ia menepuk bahunya.
Lelaki itu menahan tawanya ketika melihat reflek Zueny yang terkejut. Karena gadis itu malu, ia berjalan meninggalkan Davian yang tentunya langsung di ikuti oleh lelaki itu.
Mereka berdua tentunya melangkah menuju kelas Zueny terlebih dahulu. Setelah itu, Davian pergi ke kelasnya. Sebelum itu, ia dengan modus menceramahi Zueny agar gadis itu jika ditindas tidak boleh diam, harus fokus dengan pelajaran, tidak boleh melamun di kelas, dan yang paling penting harus selalu merindukan lelaki itu.
Tentunya dalam batin Zueny, rasanya ingin mual sekaligus geli. Tapi tak dipungkiri jika hatinya sedikit menghangat ketika Davian perhatian padanya. Jantungnya di buat berdetak lebih cepat ketika dengan modusnya Davian mengusap-usap kepalanya.
Gadis itu segera masuk ke dalam kelas yang masih tampak sepi. Justru hanya dirinya saja yang ada di sana.
Sembari menunggu, ia mengeluarkan novel kesayangan beserta foto visualnya. Ketika ia membuka halaman pertama novel itu, terdapat sebuah polaroid yang terselip.
"Polaroid siapa ini? Bukannya setiap foto visual selalu aku simpan dalam dompet?" pikirnya. Lalu, dengan perlahan ia mengambil dan membalikan foto polaroid itu.
Tiba-tiba pipinya merona dan dengan cepat ia kembali membalikan foto itu. Astaga, bukankan itu foto Davian yang memalukan waktu itu? Kenapa bisa terselip di sana?

KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Teen FictionDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...