Zueny tengah merenung sembari memegang gadgetnya. Ia bimbang, apakah menghubungi Davian lebih dulu atau tidak. Gadis itu juga belum membuka blocked dari nomor Davian.
Ia teringat kata-kata Jihan kemarin yang bilang kalau Zueny harus membuat Davian menyesal. Jujur, gadis itu tak tega. Ia tak pernah menyakiti hati orang lain, karena selama ini ia yang disakiti.
Gadis itu memantapkan hati dahulu dan menghela napas panjang. Lalu mencoba untuk membuka blokiran terlebih dulu dan membuka papan obrolan yang terdapat sisa chatting kala itu.
Kemudian mencoba mengetikkan beberapa kata yang berkali-kali dihapus karena ragu. Setelah menemukan kata-kata yang pas, dengan cepat ia kirim dan langsung menutup aplikasi.
Davian yang berada di dalam kamar sembari bermain game online, terkejut dengan notifikasi pesan yang muncul. Tertera di sana sang pengirim, Zueny (Bukis).
Di sana tertulis, "Hai Davian. Aku tahu kamu akan semakin marah dan jenuh ketika aku terus-menerus mengingatkanmu untuk pergi ke sana. Bukan apa-apa, tapi ini semua demi kebaikanmu. Kamu nggak sadar berapa banyak hati orang yang terluka karena omongan mu, kamu nggak sadar seberapa banyak kesalahan mu karena kamu selalu menganggap dirimu benar, dan jika itu terus terjadi, maka kamu akan kehilangan seseorang berharga dalam hidupmu."
Setelah membaca pesan itu, mood Davian menurun. Ia menutup semua aplikasinya dan mematikan gadgetnya.
Matanya menatap langit-langit kamar sembari memikirkan, apakah benar banyak orang yang sakit hati padanya? Bukankah, orang-orang justru ingin dekat-dekat dengan Davian?
Jika dipikir-pikir lagi, para mantannya justru sangat senang ketika diputuskan. Apakah selama berpacaran, mereka tersiksa? Tapi Davian tidak pernah berbuat aneh-aneh, ya kecuali banyak gadis lain yang mendekati karena suka. Tapi kan mereka yang mendekat, bukan Davian.
Sejujurnya juga, Davian tidak pernah merasakan apa itu patah hati. Dia hanya pernah mendengar dari Reiko bagaimana rasanya patah hati. Katanya sangat sakit, ingin menangis, dan bahkan dirundung penyesalan.
Bahkan temannya itu sering kali memasang story galau di akun sosial medianya dan curhat bersama mereka bertiga yang berujung di tertawakan terlebih dahulu.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan suara dari sang ibu yang bilang kalau Ayla datang. Segera Davian menyetujui dan bilang kalau dia akan segera keluar.
Saat turun ke bawah, sudah terlihat Ayla yang berbincang-bincang dengan sang ibu. Tak hanya itu, di sana juga terdapat Zueny yang berada di sebelah Ayla dan membuatnya terkejut.
Bukankah, tadi gadis itu mengirimkan pesan? Kenapa sudah sampai di sini. Lebih mengejutkan lagi, di sana ada Reyhan beserta kakaknya yang diketahui merupakan seorang psikiater.
Jangan bilang mereka ingin memaksanya terapi. Perlahan, Davian memutuskan untuk kembali ke atas. Tapi suara panggilan sang ayah sudah terdengar. Terpaksa, ia turun dengan malas-malasan.
Ibu Davian menjelaskan pada anaknya itu jika beliau tidak akan memaksa Davian ke tempat orang yang paling tidak di sukai lelaki itu.
Tapi sebagai ganti, ia akan dirawat oleh kakak Reyhan. "Ini lah sama aja, cuma beda orang!" batin Davian.
Terlebih yang merekomendasikan hal ini adalah Zueny sendiri atas usulan Ayla. Teman lamanya itu memang tak pernah menyerah untuk membawanya pada psikiater yang menurut tak butuh. Dukungan dari orang tuannya membuat Ayla juga semakin bersemangat dan membuat Davian semakin muak.
Kakak Reyhan menjelaskan bahwa Davian bisa memulai terapi pengobatan besok. Ia diberikan dua opsi, Davian yang akan datang ke tempat kerja atau kakak Reyhan yang harus datang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Teen FictionDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...