Peringatan! Semakin ke sini, author merasa ceritanya semakin tidak jelas! Jadi, jika ada pembaca yang merasa bosan dan tidak enak bila tidak vote, lebih baik tidak perlu. Bila memang tidak suka atau bosan, silahkan tinggalkan lapak ini. Dan mohon maaf kepada para pembaca yang menunggu cerita ini, justru semakin di kecewakan oleh author. Aku tak pernah berharap banyak pada cerita ini, so kalau mau lanjut silahkan, tapi jika sudah merasa bosan, harap tinggalkan saja.
****
Apa?!
Jadi, ini ibu Zueny? Sosok perempuan yang sampai membuat gadis gendut itu terduduk ketakutan di kamar? Tapi ... dari mimik wajahnya, beliau terlihat bukanlah orang yang jahat.
Puk!
"Dav! Lo kenapa ngelamun? Dari tadi di panggil tuh sama Tante Winda," ucap Ayla.
Davian langsung tersadar. Terlihat memang sedari tadi pasien dan temannya ini memperhatikannya dengan seksama ketika melamun.
"Enggak apa-apa, hehe." elak Davian.
Wanita paruh baya itu tersenyum tipis. Berarti, pemuda yang berdiri di hadapannya ini mengenal putrinya. Terlihat sekali ketika ia mengucapkan nama anak yang ia cari, pemuda itu langsung terdiam.
"Jadi ... kamu kenal anak saya?" lirihnya. Davian mengangguk dan menjawab, "Iya, kami saling mengenal satu sama lain."
Wanita itu tersenyum lega. "Syukurlah kalau anak saya mempunyai teman," ucapnya.
Davian menyengit heran. Memang, sejak dahulu gadis itu tidak bersosialisasi? Atau, memang dari kecil ia selalu di bully oleh orang lain?
Lalu, dengan berani ia bertanya tentang hal itu. Dan wanita itu menerangkan bahwa, sedari kecil gadis itu terus-menerus dirundung oleh teman-teman sebayanya. Ia di ejek karena jarang terlihat bersama ibunya, memiliki fisik yang jelek, sangat pendiam, bahkan sampai ada yang mengatakannya 'anak bisu'.
Sedari dulu, Zueny memang tak pernah terlihat memiliki teman. Setelah pulang sekolah, gadis cilik itu akan mengurung diri di kamarnya sembari menunggu ibunya tiba.
Masa lalu Zueny dengannya tentu sangatlah berbeda 180°. Davian kecil yang selalu mendapatkan hadiah, terkabulkan keinginannya, mendapat kasih sayang keluarga, teman-temannya merebutkan dirinya, ia pernah tiga kali menjadi model iklan untuk baju anak-anak, serta menjadi objek kegemaran para ibu-ibu yang selalu berbicara ingin memiliki anak seperti dirinya.
"Maaf, bukankah ... Anda yang meninggalkan Zueny? Orang-orang bilang, anda tak peduli dengannya. Tapi, kenapa anda tahu dengan segala yang di alami masa kecilnya? Bahkan untuk pulang ke sana hanya satu bulan dua kali saja." tanya Davian, dengan hati-hati agar tidak menyinggung.
Ia mendapatkan segala informasi ini dari kakaknya Reyhan. Karena sebelum ia pergi dari sana, perempuan yang bergelar psikolog itu menceritakan segalanya.
"Ya, saya memang bukanlah orang tua yang baik bagi Zueny. Saya memang sangat sering meninggalkan anak saya, bahkan secara terang-terangan saya bilang kalau saya benci padanya. Tapi bagaimanapun, saya tetaplah ibunya. Naluri seorang ibu tidak pernah salah pada anak-anaknya. Saya beberapa kali mendapatkan laporan dari beberapa orang tua yang tinggal dekat di sana. Dan tak jarang, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, anak-anak itu menghina putri saya. Dan bodohnya, saya tetap mencoba tak peduli." terangnya dengan perlahan-lahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Teen FictionDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...