Part ini penuh dengan flashback, semoga paham dan tetep enjoy buat baca. Terima kasih 🙏
****
ZUENY mengingat kejadian kemarin. Berarti, yang di katakan dokter itu semuanya benar?
Flashback ...
Sore itu Zueny sedang membuat gambar di handphone nya. Tangannya sesekali ia lemaskan karena lelah beraktivitas. Pandangannya juga tak lepas pada jendela kamarnya yang terbuka hanya seperempat, untuk mengecek apakah ayahnya sudah pulang atau belum.
Di tengah-tengah kesibukannya, terdengar bel rumah berbunyi. Zueny menengok dari jendela, terlihat seorang wanita dengan baju formalnya menunggu di depan pintu. "Siapa itu?" pikirnya.
Bergegas, Zueny keluar dari kamar dan membuka pintu rumahnya. Ia kaget, ternyata yang datang kemari adalah dokter waktu ia bersama Davian ke Rumah Sakit waktu itu.
"Maaf, cari siapa ya?" tanya Zueny.
"Kamu, Zueny kan? Saya, ada keperluan dengan kamu," jelas Dokter itu.
Zueny mengangguk dan mempersilahkan orang tersebut untuk duduk di ruang tamu. Ia ijin sebentar untuk membuatkan minuman. Terasa tak sopan bila ada yang berkunjung tapi tidak menyediakan apa-apa.
Tak butuh waktu lama, gadis gendut itu kembali dari dapur dengan membawa sebuah nampan yang di atasnya berisi beberapa camilan dan secangkir teh hangat.
"Silahkan, teh hangat nya di minum." Ramah Zueny.
"Maaf ya, jadi merepotkan." ucap Dokter.
Zueny hanya tersenyum. Wanita itu merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Terlihat beberapa lembar kertas dengan berbagai diagnosis tertulis di sana.
"Sebelumnya, mohon maaf bila saya mendadak datang dan mungkin mengganggu waktunya. Tapi ada hal penting yang harus saya beri tahukan. Zueny Calista, kan?" tanya Dokter.
"Iya," lirih Zueny.
"Berarti benar kalau kamu anak dari pasien saya. Keraguan saya waktu itu terbukti benar. Ini tentang ibu mu, Winda Damara." jelas wanita itu.
Mendengar nama ibunya, Zueny langsung kaget, matanya terbelalak serta tubuhnya langsung menegang. Memori-memori dan suara teriakan-teriakan di masa lalu seolah terdengar kembali.
Melihat tingkah laku gadis di hadapannya ini, Dokter tersebut langsung berdiri dan memegangi kedua bahunya. "Kamu kenapa nak?" tanya wanita itu.
Zueny memegang kedua tangan beliau sambil menatapnya sendu. "Tolong, jangan bicarakan tentang dia." lirih Zueny. Bahkan air matanya perlahan terlihat.
Dokter itu menghela napas. Ia tahu apa yang terjadi dalam kasus pasiennya ini. "Tapi ini penting nak. Bagaimanapun, semuanya harus kembali normal tanpa rasa bersalah maupun benci. Maaf, bila saya terkesan ikut campur. Tapi ini benar-benar permintaan terbesar dan harapan bagi pasien saya untuk sembuh." jelasnya.
Ia tak ingin peduli lagi. Cukup, segalanya tak ada yang perlu diperbaiki.
"Zueny, ada yang perlu kamu tahu. Ibu kamu menyesal nak, ia terus merasa bersalah padamu. Sepanjang malam ketika ibumu tertidur, hanya kata maaf yang terucap di bibirnya." terangnya.
Zueny menutup kedua telinganya, seolah tak peduli apa yang terjadi pada ibunya.
Tapi tak pantang menyerah wanita itu. Ia tetap memegang kedua bahu gadis remaja di depannya ini dan terus menjelaskan amanat yang harus ia sampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Teen FictionDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...