HARI ini merupakan hari libur. Hari di mana orang-orang akan pergi berlibur ataupun mengurung diri dalam rumah dan hanya rebahan sapenjang hari itu.
Di rumah Davian Marven terlihat ramai. Lebih tepatnya, orang-orang sedang sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan spesial untuk orang yang spesial juga.
Davian yang kala itu baru bangun tidur merasa kebingungan dengan aktivitas di bawah. "Oh, mungkin ada acara besar." Pikir lelaki itu. Ia terus berjalan menuju ruang keluarga tanpa memperdulikan orang-orang itu.
Dengan santai ia duduk, membuka beberapa camilan yang tersedia di meja, menyalakan televisi, dan mengganti ke acara berita terkini.
Ia menontonnya dengan seksama sembari memakan camilan itu. Sampai sebuah pukulan mengenai bahunya. Terlihat ibunya memandang Davian dengan tatapan garang.
"Bagus ya, kerjaannya cuma makan doang. Bukannya bantu-bantu, malah malas-malasan! Sana, bantu di dapur! Jadi anak cowok mageran banget," sindir ibunya.
"Yah ma, Davian mau bantu apa coba? Mama kan tahu kalau Davian nggak bisa masak," ucap lelaki itu.
"Nggak harus masak Davian anak mama. Kamu bisa bantu cuci piring, cuci baju, ngepel, atau nyapu rumah." jelas ibunya.
Menyapu rumah sebesar ini? Oh no! Pinggangnya bisa encok seketika. Davian menggeleng, lalu melanjutkan acara memakan camilan dan menonton televisinya.
Lalu terdengar suara teriakan dengan nada emosi keluar dari bibir ibu tercinta. Tapi terdengar kata 'Pacar kamu' yang membuat Davian menatap ibunya dengan ekspresi bingung. "Pacar yang mana coba?" Pikirnya.
Lalu suara berat sang ayah menginterupsinya. Beliau menyuruh Davian untuk mencuci mobil di halaman depan rumah saja. Dengan semangat ia langsung mengangguk dan segera beranjak dari sana menuju halaman depan.
Kebetulan sekali saat membuka pintu, terlihat dua orang anak manusia itu yang ingin mengetuk pintu.
Davian melihat siapa yang datang langsung melipat kedua tangannya sambil menyandarkan ke daun pintu. "Mau apa lo ke sini?" tanya Davian dengan nada mengejek.
"Sorry to say, gue nggak ada urusan sama lo. Gue dipanggil tante Winda buat ke sini, mau apa lo?" balas orang itu.
"Wih, berani banget lo bawa pacar. Nggak takut lo? Nanti baru di suruh putus, nangis-nangis tuh," ejek Davian.
Perempuan di depannya itu yang termasuk seorang sepupu, justru menertawakan ucapan Davian. Lelaki itu bingung dan langsung bertanya, "Kenapa lo tiba-tiba ketawa? Nggak kerasukan kan lo?"
"Lo tuh yang kesurupan! Nih, gue bilangin ya sama lo. Hubungan gue sama Jordan, udah diberi ijin sama kakek!" Riang Sisilia.
Davian melongo dengan mata yang terbelalak kaget. Dalam batinnya menggerutu pada sang kakek yang sedang membaca koran di rumahnya sendiri, "Nggak adil banget, nggak adil, nggak adil, nggak adil!"
Karena dirasa membuang waktu, Sisilia segera menyingkirkan Davian dari ambang pintu dan masuk ke dalam bersama sang kekasih.
Davian yang kala itu fokus dengan pikirannya, jadi hampir terjatuh ke samping karena ulah sepupu laknatnya itu. Entah mengapa ia melihat bahwa Jordan yang notabenenya pacar Sisilia seolah tersenyum miring atau lebih tepatnya mengejeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Teen FictionDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...