"Bukan hilang, tapi menurun."
– My depression.****
Terlihat teman-teman sekelasnya turun dari mobil dan melangkah ke arahnya. Ada apa ini?
"Heh bukis––Zueny, gimana kabar lo? Kenapa lo nggak masuk-masuk? Nggak ada yang kasih contekan nih!" ceplos salah satu dari mereka.
Semuanya terdiam. Tak lama ada yang tertawa, hingga semua ikut tertawa. "Garing ya lawakan lo," batin Davian.
"Bercanda Zu, muka lo jangan tegang-tegang amat lah!" gurau temannya. Zueny hanya tersenyum tipis.
"Oh iya Zu, tugas dari Bu Dewi banyak banget gila! Gue sampai pusing lihat soalnya." curhat teman lelakinya.
"Ye ... lo nya aja yang memang dasarnya males!" ejek ketua kelas.
"Nah bener tuh!" sorak siswa lainnya. Sedangkan yang di ejek langsung menoleh ke arah Zueny dengan wajah memelas dan mengadu, "Zu, tolongin ... Gue dibully."
Tawa kembali terdengar. Lalu salah satu dari mereka menyerahkan sebungkus buah pada Zueny sambil berucap, "Semoga lo cepet sekolah ya Zu. Anak-anak kangen sama lo di kelas. Soalnya, kalau nggak ada yang bisa jawab pertanyaan dari Bu Lina, kita kena marah satu kelas, hehe."
Zueny menatap Davian dengan ragu. Laki-laki itu mengangguk, berarti gadis itu bisa mengambilnya.
Sore itu, semuanya bercanda ria untuk menghibur Zueny. Awalnya memang canggung, namun lama-kelamaan Zueny ikut terbawa suasana.
Hari mulai semakin larut. Teman-temannya juga sudah mulai berpamitan untuk pulang. Mereka segera masuk ke dalam satu mobil dan pergi dari pekarangan itu.
Terlihat Zueny tersenyum dan melambaikan tangannya ketika mobil itu sudah pergi. Pandangan yang cukup melegakan bagi Davian. "Syukurlah, keadaan mulai membaik." batin Davian.
"Zu, masuk yuk? udah mulai dingin, nggak baik buat kesehatan." ajak Davian.
Gadis itu mengangguk dan mulai berdiri. Lelaki itu dengan sigap merangkul Zueny dan menuntunnya untuk masuk ke dalam rumah.
Di dudukannya Zueny ke atas kasur, badannya di sandarkan pada sandaran kasur, segelas air putih hangat di serahkan padanya. Gadis itu meminumnya perlahan.
"Bagaimana keadaan kamu Zueny? Sudah merasa lebih baik?" tanya kakak Reyhan dengan nada lembut yang di balas anggukan olehnya.
"Gimana kak, apa Zueny bisa masuk sekolah?" tanya Reyhan. Semuanya juga menanti jawaban.
"Huh ... Dia sudah membaik. Tapi beri waktu 2-3 hari lagi. Setelah itu, dia bisa masuk ke sekolah." ujar perempuan itu.
Semuanya tersenyum senang. Bahkan saking senangnya, Jihan memeluk erat dan menggoyangkan badannya ke kanan dan kiri. Sontak semuanya langsung panik dan memisahkan Jihan dan Zueny.
Gadis cantik itu terkejut dan baru menyadari hal yang ia lakukan. Ia terkekeh malu sambil melepaskan pelukannya.
Tiba-tiba dering telepon genggam Jihan berbunyi. Gadis itu melihat nama sang ayah terpampang di layar ponselnya. Ia segera pamit dari sana dan mengangkat teleponnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/224058241-288-k94605.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Teen FictionDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...