Dazzle -2

1.2K 105 21
                                        

"Apakah salah bila aku berkata yang sebenarnya? Bukankah berbohong itu dosa? Tapi kenapa mereka sangat suka melakukan kebohongan demi kepuasan pribadi?" -Zueny Calista.

****

Zueny Calista P.O.V

PAGI ini, waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB. Aku mengayuhkan sepeda ku menuju parkiran sepeda, yang berada di bagian sebelah mushola sekolah. Suasana masih tidak terlalu ramai. Bahkan parkiran pun masih banyak yang kosong.

Setelah memarkirkan sepedaku, aku segera pergi menuju gerbang kedua yang terlihat guru-guru ketertiban sudah stay di sana. Mungkin ingin memeriksa kerapian para muridnya.

Aku melewati para beliau dengan mencium tangan sebagai tanda hormat dan meminta restu, semoga sekolah hari ini bisa lancar.

Setelah itu, aku melanjutkan perjalanan ku menuju kelas. Sambil melihat lingkungan sekolahku yang masing-masing depan kelas memiliki berbagai tanaman yang biasanya kami jadikan penelitian atau sekedar bahan pelajaran biologi atau prakarya. Ada juga tanaman yang pernah di bawa para murid disini.

Di dalam kelas, aku segera menurunkan kursi ku yang terbalik di atas meja, lalu meletakkan tas ku disana, dan merapikan meja guru dan melihat jadwal piket hari ini.

Kemudian, aku mengambil sebatang sapu lalu mulai menyapu dari belakang pojok kelas. Terlihat berbagai sampah berserakan di sana. Mulai dari kertas, plastik, bolpoin kosong, sampai beberapa botol minum yang tergeletak begitu saja.

Aku mengumpulkan beberapa botol itu dalam kantung plastik. Lalu sampah yang lain aku sapu sampai depan.

Sebagian kelas sudah bersih, yang lain biarlah urusan petugas piket hari ini. Karena tak hanya aku yang bertugas, tapi beberapa teman sekelas ku juga. Eh, tapi apa mereka mau aku anggap sebagai teman? Ah sudahlah, tak apa.

Aku mengembalikan sapu pada tempatnya. Lalu mengambil kantung plastik yang berisi beberapa botol minum plastik kosong yang sudah aku kumpulkan seminggu.

Kantung plastik tersebut akan aku serahkan pada OSIS, karena kami memiliki kegiatan bernama bank sampah. Dimana, sampah-sampah botol ini nantinya akan ditimbang dan dijual. Lalu uangnya akan masuk dalam kas masing-masing kelas.

"Pagi Kak Rey! Aku mau mengumpulkan setoran dari kelas kami." ucap ku pada sang ketua OSIS, yang kebetulan berada di sana.

"Pagi juga Zu! Wah lumayan nih, pasti habis pelajaran olahraga ya?" tanya Ketua OSIS yang bernama Reyhan.

Fyi: ini bukan Reyhan si kutil kumbang ya hehe.

"Nggak kok, kan masih belum waktunya masuk. Lagipula hari ini nggak ada pelajaran olahraga kok." ucapku.

Kak Reyhan langsung menggaruk belakang kepalanya dengan senyum. Wajahnya terlihat bingung, mungkin dia hanya ingin berbasa-basi dengan ku.

"Maksudnya minggu kemarin Zu, kan kalian juga olahraga." ucap Kak Rey, menjelaskan.

Aku hanya mengangguk. Kantung itu di ambilnya, lalu di taruhnya ke belakang sana yang terdapat sedikit lapak kosong. Kalau di tanya bau atau tidak, pasti bau. Tapi tidak terlalu, karena rata-rata sampah yang dikumpulkan sudah dicuci bersih.

Kak Rey terlihat membuka sebuah buku catatan, dan mencatat setoran kelas kami. Sebagai tanda bahwa minggu ini kelas kami sudah mengumpulkan.

Setelah itu, aku berpamitan kepada Kak Rey untuk pergi kembali ke kelas.

Aku melewati kelas-kelas lain yang sudah mulai ramai, karena sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi. Aku juga melihat ada beberapa gerombolan lelaki yang tengah mengobrol sambil diselingi gelak tawa.

DAZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang