Dazzle -29

393 39 1
                                    

Orang-orang yang tengah duduk di ruangan tersebut langsung berdiri, ketika melihat mereka berdua masuk.

Zueny yang melihat ada siapa di sana, langsung segera berlari memasuki kamarnya. Davian langsung saja menyusul gadis itu. Saat gadis itu sampai di dalam kamar, segera dikuncinya.

Di ketoknya beberapa kali daun pintu berwarna putih itu. "Zu, lo keluar dulu! Kita selesaikan semuanya hari ini. Biar nggak ada masalah, sakit hati, dan trauma lo yang semakin parah." panggil Davian, sembari mengetuk pintu.

Di dalam, Zueny sedang bersandar di dinding sebelah pintu sambil memeluk kedua lututnya. Batinnya selalu mengeluh, "Kenapa orang itu datang? Kenapa??? Apakah tidak cukup karena membuat Ayah dan aku menderita?"

Sedangkan Davian, tangannya mulai sakit karena sedari tadi mengetuk tanpa ada jawaban. Entah mengapa, dirinya sungguh muak dengan drama di sini. Jika Zueny terus menerus lari dari kenyataan dan tidak berani melawan traumanya dengan cara seperti ini, mungkin urusannya tidak akan selesai.

Setiap orang pasti menginginkan akhir bahagia dalam hidupnya kan? Termasuk gadis itu juga. Davian yakin kalau dalam hati kecil Zueny, masih ada harapan untuk menerima kasih sayang keluarga secara lengkap.

Tapi, kalau dia terus begini? Kapan akan berada dalam akhir yang bahagia? Davian tahu, kalau orang-orang seperti Zueny perlu di jelaskan dan di ajak secara perlahan-lahan. Tapi, kalau tak ada yang meyakinkan dan diam saja—mengalah, gadis itu tak akan keluar dari kegelapan.

Dengan kesal, lelaki itu mulai berani untuk mendobrak pintu itu. Engsel pintu itu rusak, pintunya terbanting ke dinding.

Ketika Davian masuk, ia bisa langsung menemukan gadis gendut itu di sebelahnya. Ia berjongkok, tangannya berusaha meraih kedua tangan Zueny.

Tak sampai menyentuh, Zueny sudah lebih dulu menghindar dan berteriak-teriak tidak mau. Dengan terpaksa, Davian mencekal kuat dan memaksa agar Zueny berhenti bergerak.

"Lo, percaya kan sama gue?" tanya Davian. Namun gadis itu hanya mengeluarkan isak tangis.

"Ayo, kita sembuhkan trauma lo! Zueny, lo harus selesaikan semuanya hari ini. Karena kalau begini terus, lo akan semakin terpuruk, dan kedua belah pihak entah ayah atau ibu lo akan sama-sama tersakiti." bujuk Davian.

"Ayo ..." Davian membantu Zueny untuk berdiri dan membawanya ke ruang tamu yang nampak ramai.

Gadis gendut itu di dudukannya di sebelah sang ayah yang langsung merangkul putri semata wayangnya.

Suasana menjadi hening, sampai ayah Zueny memulai percakapan, "Tolong, jelaskan semuanya." Sembari menatap ibu Zueny.

Ya, yang datang adalah sosok ibu Zueny beserta dokter pribadi dan kedua anaknya, Tasya dan Tasyi. Tak lupa, dengan Ayla menemani.

Ibu Zueny menatap dokter itu, lalu mengangguk. Seolah mengerti, dokter tersebut mendorong kursi roda pasiennya itu ke depan, tempat Zueny berada.

Melihat sang ibu mendekat, Zueny mengeratkan cengkeramannya di pakaian ayahnya. Perlahan tangan pucat itu meraih tangan berlemak milik Zueny.

Kedua tatapannya sendu sekaligus prihatin melihat anaknya benar-benar trauma dan membenci dirinya. "Nak .... maafkan ibu ya," lirih beliau.

Beliau mencoba membujuk anaknya yang masih sangat menolak kehadirannya. Bahkan ayah Zueny juga mencoba membujuk anaknya untuk memaafkan sang ibu. Karena, mau bagaimanapun juga ... Ibu Zueny tetaplah ibunya.

Walaupun awalnya, ayah Zueny sangat menentang kehadiran mereka. Namun, Davian yang dasarnya keras kepala, tetap kekeuh untuk meyakinkan ayah Zueny. Di tambah ada kedua orang tuanya yang ternyata teman satu kelas ayah Zueny sekaligus teman akrab.

DAZZLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang