"Kebahagiaan yang kini ku rasakan, ada harga mahal yang dibayarkan."
****
Tubuh Davian menegang mendengar pengakuan Zueny. Ia tak menyangka akan secepat ini. Tapi tak dipungkiri juga dalam batinnya senang.
Sedangkan gadis gendut itu langsung tersadar akan apa yang ia ucapkan. Dengan cepat, ia langsung melepaskan diri dari pelukannya dan pergi menghindar karena malu.
"Aduh, mulutku!" rutuknya.
Davian tak bergeming. Lelaki itu hanya menatap lautan serta matahari yang telah tenggelam. Kini, tujuannya telah tercapai. Selanjutnya ... Ia harus apa??
Tanpa mereka sadari, ada orang lain yang mendengar pernyataan Zueny pada lelaki itu. Orang tersebut langsung berdiri dan menghampiri Zueny yang berpindah cukup jauh dari Davian.
Tasya. Lagi-lagi gadis itu mengamati segalanya yang terjadi di sana. Seolah tak membiarkan mereka berdua lepas dari padanya.
Ia menghampiri Zueny dengan mencekal tangannya dan membawa pergi agak jauh dari gerombolan.
"Lo bodoh atau bagaimana, ha?" sentak Tasya.
Sedangkan Zueny bingung akan kehadiran 'Kakaknya' ini. Bukankah tadi tidak diperbolehkan untuk ikut?
Fyi : Ternyata aku sadar bahwa terdapat plot hole pada cerita ini. Jadi, si kembar Tasya & Tasyi ini termasuk kakak kelas ya. Karena bagaimanapun, mereka berdua lahir lebih dahulu daripada Zueny.
"Ma-maksud kamu, apa??" lirih Zueny.
Cengkraman itu semakin kuat. Lalu bisikan terdengar dari mulut Tasya padanya, "Gue udah bilang, kalau lo jangan sampai dekat-dekat sama Davian! Tapi lo malah meluk dia bahkan nyatakan perasaan lo!"
"Gue emang nggak bisa buat apa-apa sama lo. Tapi, nanti lo akan sadar kalau yang lo ucapkan hari ini akan menjadi penyesalan terbesar lo." lanjut Tasya.
Dengan sengaja Tasya melepaskan cengkaraman itu dengan kasar. Lalu, ia pergi meninggalkan Zueny sendiri di sana.
Gadis gendut itu hanya terdiam. Bodohnya, ia melupakan satu hal penting antara dia dan Davian. Semua ini hanya demi 'Pengakuan'.
Keduanya sama-sama berpikir tentang apa yang harus dilakukan setelah ini. Bukankah, berarti sudah selesai??
Tapi, salahkan gadis gendut itu sedikit berharap segalanya tak ada yang berubah atau justru menambah kemajuan?
Mereka semua menikmati senja dengan pikiran masing-masing.
Saat acara makan malam, Zueny merasa sangat canggung dan sering melamun. Padahal yang lainnya tampak bahagia dan baik-baik saja.
Tapi ia tak melihat di mana Davian berada. Lelaki itu tidak mengikuti makan malam beserta ketiga teman-teman lainnya.
Ketika ia duduk di kursi depan meja makan, tiba-tiba seorang perempuan yang diketahui merupakan anak dari Dokter waktu itu duduk di sebelahnya.
"Hai kenalin, gue Ayla." Tanpa basa-basi, gadis itu mengajak berkenalan Zueny.
Zueny menoleh dengan ekspresi sedikit terkejut. Namun dia segera membalas dengan gugup, "H-h-hai, aku Zueny."
"Nanti, ada yang pengen gue omongin." ujar Ayla.
Kedua alis Zueny bertaut, pertanda bingung. Ada hal apa yang ingin dibicarakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Dla nastolatkówDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...