"Di saat aku sadar akan segalanya, justru kamu pergi jauh."
*****
Motor Davian itu berhenti di pekarangan rumah milik Zueny. Gadis gendut itu segera turun dari motor lelaki itu dan mengecek ban motor seperti biasa.
Setelah memastikan ban tersebut aman, ia segera berterima kasih dan pergi masuk ke dalam. Baru berbalik badan, Davian sudah mencekal tangan Zueny.
"Lo masih kebiasaan ya ngecek ban motor gue. Tenang aja, kuat kok. Nggak bakal kempes kalau cuma bonceng lo doang." ujar Davian.
"Eum, ngetes aja. Barangkali kempes, hehehe." kekeh Zueny.
"Oh iya, apa yang lo omongin sama Reyhan?" tanya Davian langsung.
Gadis itu terdiam, ia tak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Bahkan ia juga ragu, ini perlu memberitahu atau tidak. Mungkin, ini nggak penting bagi Davian. Toh, besok masih ada waktu.
"Eum, cuma masalah mental aku doang kok. Reyhan khawatir tentang itu." alibi Zueny.
"Widihhh, udah nggak panggil 'Kak Rey' lo? Udah Deket banget dong berarti." ujar Davian.
"Reyhan yang nyuruh gitu." balas Zueny.
Setelah itu Zueny baru diperbolehkan untuk masuk ke rumah. Davian masih berdiam di sana dengan motor yang menyala. Ia berpikir, kenapa gadis itu berbohong? Apakah ada yang sedang ditutup-tutupi?
Setelah cukup lama melamun di sana, Davian memutuskan untuk kembali ke rumah. Ia akan kembali bertanya besok di sekolah saja.
Sementara itu, Zueny berada di kamarnya sedang mengintip Davian yang sedari tadi menunggu di luar. Gadis itu sadar, jika Davian mengetahui dirinya berbohong.
Karena pada saat mengobrol singkat bersama Reyhan tadi, temannya itu mengkode bahwa Davian sedang menguping di belakang.
Gadis gendut itu bingung, memberitahu atau tidak ke Davian soal kepindahannya. Tapi, melihat kondisi, emosi dan pandangan lelaki itu pada Zueny, sepertinya ia bukanlah orang penting dalam hidup Davian.
Ada atau tidaknya ia, semua terasa sama. Hanya saja, mungkin nggak akan ada yang teriak-teriak, ngeyel, dan setiap saat mengingatkan lelaki itu untuk memenuhi jadwal terapi.
Ayah Zueny kemarin memberitahu, kalau ia akan pindah ke Malang. Kepindahannya tentu bukan alasan, usaha sang ayah sedang membuka cabang baru di sana, ada Neneknya yang harus ditemani, dan mungkin teman-teman di sana cukup baik daripada di sini.
Walaupun ayahnya tahu jika semua teman-temannya sudah tidak membully gadis itu, tetap saja beliau sangat khawatir. Terlebih setelah kejadian parah waktu itu.
Zueny belum mengatakan kepindahannya pada siapapun kecuali Reyhan dan keluarga. Karena bagaimanapun juga, Reyhan dan kakaknya sangat berjasa dan berpengaruh dalam hidup Zueny.
Bahkan, gadis itu juga belum memberi tahu ibunya. Ia sedikit ragu dan takut, kalau diberitahu dikhawatirkan ibunya akan kembali drop karena jauh dari anaknya ini.
Waktu kepindahannya adalah dua hari lagi. Jadi, ia memiliki waktu untuk mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang berharga di kota ini. Termasuk Jihan, satu-satunya teman yang tidak memandang buruk fisiknya.
Gadis itu pasti akan sangat kesepian karena tak mempunyai teman selain dirinya. Terlebih dengar-dengar, orang tuanya yang tiba-tiba possesive bahkan melarang mereka berteman karena di anggap kurang normal.
Zueny juga sempat kaget dan sakit hati ketika Jihan berbicara seperti itu. Tapi, apa yang dikatakan orang tua Jihan benar. Ia bukan anak normal yang tidak punya gangguan. Depresinya juga terkadang masih kumat, terlebih efek dari bentakan dan luapan emosi Davian padannya mempengaruhi kembali mentalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Teen FictionDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...