WAKTU istirahat telah tiba. Zueny kini tengah mengeluarkan bekalnya dari dalam tas. Ia membuka bekalnya. Terlihat sebuah bubur ayam yang tampak menggugah selera, tak lupa dengan saus kecap dan cabai yang masih terbungkus rapi.
Zueny juga meletakkan sebotol air mineral untuk ia minum setelah selesai. Ia segera membuka kedua saus tersebut dan mengaduknya rata pada bubur ayam.
Setelah berbagai toping dan saus sudah rata, ia mulai memakan bubur ayamnya. Mata Zueny terbelalak ketika lidahnya merasakan rasa bubur ayam yang ternyata sangat enak.
Ia dengan lahap memakan bubur tersebut, sampai ada orang yang membuatnya kehilangan selera makan.
"Eh, lo makan bubur ya? Ih lembek-lembek jijik tau nggak. Kok lo suka sih? Gue aja nggak doyan." ucap seorang siswi bernama Vani.
"Iya, lo juga kayak bayi aja pakai makan bubur segala. Pftt..." ucap teman Vani di sebelahnya sembari menahan tawa.
Zueny langsung kehilangan mood untuk makan. Ia segera menutup bekalnya, meminum air mineralnya, mengambil handphone miliknya, lalu pergi keluar dari kelas.
Ia lebih memilih pergi dari kelas sampai waktu istirahat habis, daripada harus di dalam kelas yang berisikan orang-orang yang mengkritik segala sesuatu yang ada di dirinya.
Zueny melewati aula. Depan aula sekolah terdapat pohon yang cukup besar dan sepertinya sangat sejuk bila duduk di sana.
Pohon tersebut juga bukanlah sekedar pohon biasa. Murid-murid Astean biasa menyebutnya 'Pohon Pasangan'. Konon, jika ada kedua lawan jenis yang duduk bersama di sana, bila merupakan pasangan maka kedua pasangan tersebut akan langgeng. Namun jika bukan merupakan pasangan, maka bisa saja setelah itu mereka berdua menjadi pasangan.
Mitos tersebut di percaya beberapa siswa karena mereka memiliki pasangan yang rata-rata memang karena sama-sama duduk di pohon tersebut secara sengaja ataupun tidak. Dan bagi pasangan yang duduk di sana, sampai saat ini pun juga masih bersama.
Tapi tak sedikit juga yang hanya menganggap hal tersebut sekedar mitos. Salah satunya adalah Zueny.
Menurutnya semua itu hanya mitos belaka. Seperti kau mempercayai bahwa melempar koin ke air mancur harapan di sebuah tempat wisata. Ketika kau mencobanya sendiri dan harapan mu ternyata sampai saat ini hanya angan-angan belaka.
Lagi pula, pohon depan aula itu banyak sekali semut. Karena itulah jarang sekali ada yang menempati. Sekali di singgahi, itu pun karena kepepet.
Walau bagaimanapun, Zueny tetap menghargai mitos tersebut. Toh, tak mungkin juga ia berteriak-teriak pada orang-orang bahwa semua itu hanyalah hal-hal konyol yang sebenarnya suatu kebetulan saja. Karena pada faktanya, ada beberapa orang yang berpacaran di bawah pohon tersebut tapi tetap putus.
Zueny melanjutkan langkahnya berkeliling sekolah. Mulai dari kelas, ruang guru, ruang BK, lab komputer hingga lab biologi, sudah terlewati olehnya. Bahkan kelas lelaki aneh itu pun sudah ia lewati.
Kini, ia melewati aula lagi. Kakinya sudah cukup lelah untuk berkeliling lagi. Ia ingin duduk, namun tempat duduk yang ada di pinggir kelas dekat aula sudah terisi.
Di depan aula sebenarnya ada tiga pohon. Yang di maksud pohon pasangan ada di tengah. Sedangkan yang lainnya merupakan pohon jomblo.
Dan rupanya, lebih banyak yang menempati pohon jomblo itu.
Karena kakinya sudah lelah, dan entah mengapa bel masuk belum segera berbunyi, ia memutuskan untuk duduk ke pohon pasangan sendirian.
Ia mengatur napasnya serta menyeka keringatnya. Padahal ia sudah sering bersepeda, tapi kenapa hanya berjalan-jalan keliling sekolah saja sudah sangat melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Teen FictionDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...