ZUENY dan Jihan pergi ke toko buku yang biasanya di kunjungi oleh Jihan. Toko buku tersebut juga merupakan toko buku yang paling besar dan terkenal satu kota. Jihan dengan motornya dan Zueny dengan sepedanya menuju di toko tersebut dengan waktu sekitar 25 menit.
Jihan memarkirkan kendaraannya di depan toko buku yang sudah terdapat dua tukang parkir di sana.
Zueny dan Jihan memarkirkan kendaraan masing-masing, lalu Jihan merogoh uang sebesar Rp. 4000 dan diberikan pada tukang parkir tersebut di awal yang merupakan kebiasaan Jihan.
Jihan segera menarik Zueny untuk masuk ke dalam toko itu untuk mencari buku-buku incarannya.
Zueny yang di sana hanya sekedar membaca deskripsi singkat yang terletak di bagian belakang novel. Ada beberapa yang menarik perhatiannya, namun ia harus berpikir dua kali untuk membeli.
Bukannya tak mampu, hanya saja akhir-akhir ini ia harus menghemat uangnya untuk keperluan yang lain. Selain itu, minggu lalu ia sudah membeli novel yang telah menjadi dua.
Sedangkan Jihan, ia tengah mencari buku-buku untuk latihan soal fisika. Karena letaknya yang berada di depan, jadi Jihan bisa langsung mencari-cari buku yang di inginkan.
"Mana sih bukunya? Katanya Celine kemarin ada di sekitar sini, kok gue cari-cari nggak ada? Apa gue pikun covernya kali ya?" gumam Jihan.
"Eh, nggak deh. Gue inget banget sampulnya kayak gimana. Tapi kok nggak ada? Coba deh gue tanya sama mbak-mbak nya." ucap Jihan.
Lalu ia melangkah menuju kasir yang terdapat seorang pegawai perempuan di sana. Jihan menanyakan apakah buku yang di maksud itu ada ataukah tidak.
Pegawai tersebut mengerti dan menunjukkan di mana buku tersebut berada. Setelah ketemu, Jihan mengambilnya dan mencari Zueny.
Jihan melangkah ke arah bagian novel-novel terjual. Ternyata di sana terdapat Zueny yang tengah menatapi novel tersebut seperti sangat ingin.
Tatapan Zueny sangat berbinar, namun lama-kelamaan teduh. Tangannya mengembalikan novel itu ke tempatnya dan membaca deskripsi singkat novel lain.
"Woy, ternyata lo di sini. Lo nggak mau beli juga? Biar sekalian gitu, mumpung kita lagi di sini." ucap Jihan.
Zueny menggeleng, ia tetap membaca deskripsi itu tanpa menatap Jihan.
"Yaudah, kita pulang yuk? Gue udah ketemu sama bukunya." ucap Jihan.
Zueny mengembalikan novel itu, namun sesekali matanya menatap ke arah novel yang sedari tadi ia inginkan.
Jihan yang mengerti keadaan, langsung menyuruh Zueny untuk pergi duluan.
"Ehm, kayaknya masih ada yang harus gue cari deh. Lo duluan aja ya, nanti gue nyusul, atau nggak lo duduk atau lihat-lihat lagi." ucap Jihan sembari sedikit mendorong Zueny ke depan.
Zueny mengangguk dan kembali melihat-lihat ke bagian yang lainnya. Sementara itu, Jihan mengambil novel keinginan Zueny dan berpura-pura untuk melihat-lihat yang lain agar mengulur waktu.
Dan tentunya agar Zueny percaya kalau ia benar-benar mencari buku tersebut.
Sementara itu, Zueny duduk ditempat untuk membaca yang memang tersedia di sana. Ia membuka handphone nya dan melihat-lihat postingan orang-orang.
Terlihat disana ada beberapa orang yang memiliki wajah cantik namun mengatakan bahwa diri mereka berwajah kentang dan masih insecure dengan yang lain.
Zueny heran, mengapa bisa mereka mengatakan bahwa wajah mereka tidak cantik seperti yang lain? Bukankah cantik itu relatif? Kalau mereka kentang kalau begitu ia seperti apa? Apakah lebih buruk dari kacang tanah?
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE [COMPLETED]
Teen FictionDavian Marven, lelaki dengan ketampanan dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia yang biasa di puji para kaum hawa hingga banyak yang ingin memiliki. Namun, ketika ia bertemu dengan perempuan gendut, jelek, pendiam, penyuka tokoh fiksi beserta novelnya...