58.

2.3K 163 28
                                    

"Aland Alexander sudah tiada. Keluarga Alexander juga sudah menerima sakit dari apa yang di perbuat. Enam tahun bukan waktu yang sebentar. Sudah cukup mereka tersiksa. Kita semua pasti pernah melakukan kesalahan. Dan sekarang waktunya kita memaafkan mereka."

Terdengar suara Jara menggema di aula kantornya. Sudah hampir satu jam Jara berdiri, namun belum ada dari mereka yang yakin dengan ucapan Jara.

Dengan mikrofon di tangannya, Jara berbicara meyakinkan para tamunya. Hari ini Jara berniat membersihkan nama Alexander.

"Makam Aland Alexander masih basah. Di alamnya, beliau pasti tersiksa karena belum mendapatkan maaf dari kalian. Kita harus memaafkannya."

Jara berhenti berbicara dan menurunkan tangannya yang masih menggenggam mikrofon. Menatap seluruh orang di dalam ruangan, Jara tersenyum tipis pada mereka.

Seseorang berdiri dan bertepuk tangan. Dia adalah Ricardo, orang tua angkat Nathan. Tak lama beberapa orang ikut berdiri dan bertepuk tangan. Hingga setengah dari para tamu ikut berdiri.

Jara semakin yakin, usahanya tak akan sia-sia. Hingga Jara tersenyum lebar, semua orang berdiri dan bertepuk tangan. Jara kembali mengangkat mikrofonnya.

"Saya tau, kalian adalah pemimpin yang hebat. Kalian bisa memaafkan mereka. Saya mewakili Alexander, ingin berterima kasih sebesar-besarnya kepada kalian yang telah datang dan memaafkan mereka."

Kini Jara merasa tenang. Tak henti-hentinya Jara tersenyum lega. Hingga acara selesai, Jara segera pergi menuju rumah susun untuk menemui keluarga Alexander. Tak lupa, Jara juga membelikan makanan untuk mereka semua yang berada di sana.

"Selamat siang, nona." Beberapa orang yang sedang asik bergurau berdiri menyapanya.

"Selamat siang. Panggilnya Jara saja." Ucap Jara tersenyum manis.

Jara yang ingin memasuki rumah susun tersebut ditahan oleh beberapa orang untuk mereka saja yang memanggilnya agar Jara tak lelah menaiki tangga.

Jara menunggu di bangku bawah pohon sembari berbincang dengan orang-orang. Tak lama, semua orang turun. Mereka menyapa Jara penuh semangat.

"Saya punya makanan yang mungkin tak seberapa harganya, tapi yang penting sehat buat kalian." Jara membuka bagasi mobilnya agar orang-orang dapat mengambilnya.

Beberapa orang mengambil karpet. Di sana mereka semua makan bersama-sama. Jara bahkan ikut duduk dan memakan makanannya. Jara tak salah memilih tempat itu, karena cukup tenang dan tentunya nyaman.

"Mom, makannya pelan-pelan, ya." Jara mengambil tisu dan mengelap sudut bibir Melany yang berada di hadapannya.

Melany tampak terharu. Matanya berkaca-kaca. Setelah apa yang di perbuatnya, Jara masih memberikan perhatian penuh pada Melany.

"Kamu anak yang baik. Saya menyesal memperlakukan kamu dengan buruk. Hanya karena saya menginginkan anak perempuan, kamu menjadi korban." Ucap Melany mulai menangis.

Jara mengusap air mata Melany. "Mom, yang dulu gak usah di inget lagi, ya. Jara masih anak Mommy. Selamanya."

Melany mengangguk haru. Mereka kembali melanjutkan aktivitas makannya. Jara duduk di antara David dan Devian. Jara merindukan saat-saat seperti ini. Jika saja Aland masih ada, mungkin akan terlihat sempurna, namun Tuhan lebih sayang pada Aland.

Dua mobil datang dan beberapa pria berbadan besar keluar dari mobil tersebut. Mereka adalah anggota Jara. Semua orang yang telah menyelesaikan makannya dan sedang bercanda tawa seketika berdiri dan ketakutan.

"Kalian gak perlu takut, mereka orang baik, mereka temen-temen Jara." Ujar Jara tersenyum hangat.

Jara meminta anak-anak kecil berkumpul. Ia ingin memberikan sesuatu untuk mereka. Tak di sangka, Jara memberikan seragam sekolah dan juga keperluan sekolah lainnya dengan lengkap.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang