12.

5.7K 609 6
                                    

Di pagi hari yang cerah, seorang lelaki dengan kaos hitamnya terlihat tak bersemangat. Tak hanya itu, badannya juga semakin kurus. Ia tengah memandangi seseorang yang berada di hadapannya. David menjaga sang kakak yang sedang terbaring lemah.

"Sampai kapan lo gini terus?" Gumam David berharap Devian segera pulih.

Tak lama, pintu ruangan terbuka. Terdapat seorang dokter dan satu perawat di belakangnya. Mereka datang untuk memeriksa keadaan Devian.

"Selamat pagi. Saya ingin memeriksa kondisi pasien." Ucap sang dokter dengan sopannya.

"Selamat pagi. Silahkan." David berdiri dari kursi yang terletak di sebelah ranjang Devian.

"Keadaannya mulai membaik, walaupun tidak bisa di perkirakan kapan Devian akan sadar dari komanya." Ujar sang dokter sembari menyuntikkan sebuah cairan ke dalam tubuh Devian.

"Ada beberapa hal yang dapat membantu keadaannya agar membaik. Salah satunya, seseorang yang koma dapat merasakan keadaan di sekitar, begitu juga dengan orang-orang yang ada di sekitarnya."

"Ajaklah Devian berbicara. Terutama dengan orang-orang yang di sayangi, seperti kekasihnya, keluarganya dan kerabatnya." Jelas sang dokter melanjutkan kalimatnya.

"Apakah seseorang dalam kecelakaan tersebut dapat membantu?" Tanya David kepada dokter di sampingnya.

"Saya rasa, jika penyebabnya seseorang itu, lebih baik tidak, karena ingatan itu dapat kembali ketika ia telah tersadar dari komanya. Apa ada yang perlu di tanyakan lagi?" Tanya sang dokter yang di jawab gelengan kepala oleh David.

"Saya rasa cukup. Saya permisi." Pamit sang dokter kemudian keluar dari ruangan.

"Gue gak mungkin ngusir Jara, dan gue gak mungkin nyalahin Jara. Dia gak salah. Arghh!" David menjambak rambutnya frustasi.

"Dev, bangun. Banyak waktu yang lo tinggalin. Kita harus cari Jara. Lo gak lupa, kan, sama janji lo? Kita harus jaga Jara." Gumamnya dengan menatap Devian.

Ponsel David berdering. Dengan malas, ia membaca nama yang terpampang jelas di layarnya, kemudian menerima panggilan itu.

"Lo masih di rumah sakit, kan?" Tanya seseorang di seberang sana.

"Iya."

"Ya udah, gue ke sana sekarang."

"Iya."

"Lo beneran masih di sana, kan?"

"Iya!" Jawab David sedikit meninggikan suaranya.

"Ya udah." David segera mematikan sambungannya.

Saat ingin berdiri dari duduknya, ponsel di sakunya kembali berdering. Ia menghela nafas panjang dan menerima panggilan itu.

"Daped, lu mau di bawain apa?"

"David, bukan Daped. Gak usah bawa apa-apa, ada kantinnya."

"Oke, gue ke sana."

Panggilan terputus. David segera beranjak dari tempatnya, namun belum sampai di ambang pintu, lagi-lagi ponselnya berdering.

"Gak usah ribet, lo ti-"

"David, ini Mommy." Belum sempat David menyelesaikan kalimatnya, suara seseorang membuatnya terkejut.

"Mom? Kenapa?" Tanya David menghela nafas panjang.

"Jangan kemana-mana, Mommy sama Daddy masih ada urusan dengan klien. Kamu jagain terus kakak kamu."

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang