50.

2.8K 210 35
                                    

"Apa?"

"Ngapain ngambek?"

Jara berjalan terlebih dahulu menuju sofa ruang tamu yang di susul oleh Nando. Ternyata yang menghubunginya adalah lelaki tersebut.

"Siapa suruh ketemu sama Cika? Pakai pelukan lagi." Ucap Jara dengan muka datarnya.

"Jadi ceritanya cemburu kalau abangnya pelukan sama cewek lain?" Goda Nando menyenggol lengan Jara.

"Apaan, sih? Sok cakep banget."

"Emang gue ganteng. Lagian tadi gue gak tega sama dia. Gue minta maaf."

Jara menghela nafas panjang. "Iya. Gue juga minta maaf."

"Gua mau ke kantor lagi."

Jara yang terngingat sesuatu segera menahan Nando. "Eh, bentar, bang. Lo tau perusahaan gue masih jalan? Apa lo yang pegang?"

Nando mengerutkan keningnya. "Perusahaan lo emang masih jalan, gue kira lo yang nyuruh karyawan lo."

"Gak usah pura-pura. Lo pasti tau."

"Tapi emang gak tau, Ra."

Jara berdiri dari duduknya. "Gak usah drama."

"Manda yang kontrol."

"Lo kenapa biarin gitu aja?!" Jara benar-benar marah setelah mendengar pernyataan Nando.

"Dia gak mau lo kena masalah."

"Masalah apa?!" Suaranya semakin meninggi.

"Manda gak mau lo kena masalah sama perusahaan lain. Semua orang bisa aja benci banget sama lo. Dia juga pengen perbaiki kesalahannya yang dulu."

Nando berdiri dari duduknya. "Ra, marah atau gak itu hak lo. Gue harap lo bisa maafin dia."

Nando meninggalkan Jara yang tengah emosi. Jara bahkan sempat berfikir untuk membunuh Manda. Membuyarkan lamunannya, Jara pergi menuju kamarnya.

"Gue udah benci sama mereka yang jahat ke gue, dan gue bakal balas mereka semua." Gumam Jara menatap jendela kamarnya.

Jara menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Gue gak boleh balas dendam. Kalau gue bunuh mereka, terus apa bedanya gue sama mereka?"

Jara berjalan mengambil jaket, topi, serta kunci mobilnya. Jara harus mencari keberadaan Ferdinan. Memarkirkan mobilnya dan bergegas masuk ke dalam rumah sakit.

Secepat mungkin Jara mencari dokter tetap Ferdinan. Mengetuk pintu dan segera memasuki ruangan salah seorang dokter.

"Selamat sore, nona. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa seorang dokter tersebut dengan ramah.

"Saya tidak memiliki banyak waktu. Apakah tuan Ferdinan masih menjalani terapi? Bagaimana dengan kondisinya?"

"Benar, dan besok siang pasien akan check up seperti biasanya. Kondisinya sudah membaik, perlahan kakinya dapat digunakan berjalan jika terus berlatih." Perjelas dokter di hadapan Jara.

Jara berterima kasih dan keluar dari rumah sakit. Di dalam mobilnya Jara berfikir keras, apa yang harus ia lakukan untuk masalah sebelumnya? Mencoba melupakannya, Jara menjalankan mobilnya.

Berhenti di tempat yang ia rindukan. Jara memilih menuju markas, leader tersebut merindukan anggotanya. Gerbang tak terbuka lebar menyambutnya. Dua penjaga menghalangi jalan Jara.

Jara tersenyum tipis, ia lupa bahwa mobil yang ia bawa adalah milik Nando yang sama sekali tak pernah di gunakan. Ingin sedikit bermain-main, Jara membuka sedikit kaca mobilnya dan menembakkan pistol ke arah atas.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang