19.

5.2K 377 7
                                    

"Gue bisa masuk, gak, ya? Pakai ada penjaga yang badannya gede banget." Gumam Jara berjalan mendekati gerbang besar di depannya.

"Siapa anda?" Tanya salah satu penjaga gerbang.

"Temennya bang Nando."

"Apakah anda telah membuat janji?" Tanya pria berkumis.

"Pakai janji segala. Setiap hari ketemu, satu rumah, satu sekolah juga."

"Maaf. Kami tidak dapat menerima dan memasukkan sembarangan orang. Silahkan pergi."

"Eh! Gue temen deketnya bang Nando. Pakai ngusir segala. Kalian gak tau kalau ngayuh sepeda itu bikin gue makin kurus?" Ketus Jara yang membuat dua penjaga di hadapannya mulai tersulut emosi.

"Saya peringatkan kembali. Anda pergi atau dengan terpaksa saya harus menggunakan kekerasan?" Bukannya malah takut, Jara semakin merasa tertantang.

"Apaan, sih? Cuma pengen masuk aja gak boleh. Pelit banget!"

"Maaf, jika anda memaksa." Dua penjaga itu benar-benar mendorong Jara dan sepedanya untuk kembali.

"HEH! KASAR BANGET SAMA CEWEK!" Saat ini emosi Jara sudah meledak.

Jara menonjok rahang salah satu penjaga itu. Walaupun berbadan tinggi dan besar, Jara tak perduli.

"Ada apa ini?" Tanya seseorang yang ternyata adalah Nando.

"Maaf, tuan. Ada orang asing yang ingin memaksa masuk."

"Dia teman dekat saya. Biarkan dia masuk."

"Maaf, tuan, saya tidak mengetahuinya. Maafkan kami tuan." Ucap pria berkepala botak dengan takutnya.

"Nona, maafkan kami." Dua penjaga itu nampak sangat ketakutan dan gemetar.

"Ngeyel, sih. Untung masih gue bogem, belum gue lempar panci."

Nando yang malas mendengarkan ocehan Jara, memilih menarik gadis tersebut menuju ke dalam gedung. Banyak orang menundukkan kepalanya pada Nando.

"B-bang? L-lo?"

Tak seperti yang di lihat Jara sebelumnya. Di dalam gedung tersebut sangat bersih, harum, bahkan tertata rapi. Semua tampak mengagumkan.

"Ikut gue."

Sesampainya di dalam ruangan Nando, Jara tak segera melangkah masuk. Ia terpaku diam di ambang pintu. Kakinya gemetar, Jara masih tak percaya.

"Ra, duduk." Ucap Nando sembari duduk di sofa panjangnya.

"Ra," Ucap Nando mengisyaratkan Jara untuk duduk.

"Lo bohongin gue. Lo udah bohongin gue." Jara terlihat sangat kecewa.

Jara melangkah pergi meninggalkan Nando dengan matanya yang berkaca-kaca. Namun Nando mencekal tangannya. Nando menarik Jara menuju ruangannya.

"Gue gak bohongin lo. Gue cuma butuh waktu buat cerita. Gue tau, lo ngikutin gue, dan mungkin ini udah saatnya."

Nando mengelus lembut kepala Jara. "Maaf. Gue udah sembunyiin ini semua."

Jara melepas tangan Nando dari kepalanya. Sepertinya gadis itu sangat kecewa. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca.

"Gue leader Dark Blood Mafia. Mafia terkejam yang masih bertahan di atas. Gue berjuang dari awal. Semenjak gue di buang, gue mulai tertarik dengan dunia gelap."

Nando tersenyum tipis. "Selama ini, gue selalu bertahan di belakang kakek gue. Dia yang selama ini lindungi gue. Walaupun ada om Vero, tapi gue gak mau jadi beban di keluarga mereka."

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang