47.

2.5K 220 71
                                    

Tanpa sadar air matanya keluar dengan sendirinya, Jara menunggu Ferdinan untuk bercerita. Sedangkan Rangga membantu Ferdinan untuk meninggikan salah satu bagian ranjang.

"Sebenarnya sa-"

"Permisi, tuan Ferdinan harus melakukan pemeriksaan." Seorang dokter dan dua perawat memeriksa keadaan Ferdinan.

"Nona, sebelumnya saya minta maaf, kaki pasien sudah cukup parah dan harus segera ada tindakan." Ujar dokter di hadapan Jara.

"Apa yang harus di lakukan?"

"Kita harus segera melakukan operasi besar agar pembekakan tidak semakin parah."

"Lakukan sekarang."

Jara berdiri cukup jauh dari ruangan operasi. Tak ingin melihat Rangga dan Rifani, Jara hanya mampu menjauh dari mereka.

"Kenapa gue jadi kayak gini? Sekarang yang terpenting cuma keadaan bokapnya, ini bukan saatnya sakit hati sama anaknya." Jara berjalan dengan membawa berkas di tangannya.

Jara duduk dan memainkan ponselnya, tak ingin mengganggu bahkan bertatap muka dengan Rangga.

Perlahan Rangga berdiri dari duduknya, dan mendekati Jara. Saat ini yang dirasakan Jara hanya sakit dan rindu pada Rangga. Ingin sekali ia memeluk lelaki di sampingnya.

"Ra, lo baik-baik aja? Lo ke mana aja? Gue khawatir banget sama keadaan lo. Gak hanya gue, yang lain juga." Jara mencoba tak memperdulikan kalimat Rangga.

Rangga menarik ponsel Jara dan mengangkat dagu gadis tersebut. "Ra, lo jangan kayak gini."

Jara berdiri dari duduknya. "Apa peduli lo?"

"Gue peduli banget sama lo."

"Lo cuma kasian. Gue gak butuh."

"Ra, lo tuh jangan ka-"

"Apa? Jangan apa?" Jara memotong ucapan Rangga.

"Lo harusnya sadar! Banyak yang khawatir sama lo! Banyak yang nyari lo! Semua anggota bahkan turun ke jalan buat nyari lo! Lo malah kayak gini!"

Jara yang tak ingin mendengarkan bentakan Rangga memutar badannya dan ingin segera pergi dari hadapan Rangga, namun dengan cepat Rangga mencekal kuat tangan Jara.

"Lepasin."

"Asal lo tau, lo selalu buat orang-orang di sekitar lo susah. Lo egois, Ra. Lo pergi tanpa mikirin orang-orang." Rangga menatap Jara tajam.

Jara menarik tangannya yang masih di genggam kuat oleh Rangga."Apa gue harus pergi jauh biar lo pada gak susah?!"

"Iya!"

Jara terdiam. Jawaban Rangga membuat Jara terkejut. Bukan ini yang diinginkan Jara. Tetap diam di tempat, Jara meyakinkan dirinya atas apa yang ia dengar.

Rangga bahkan teman-temannya tak akan tahu bahwa Jara telah berusaha menyelesaikan semua masalahnya yang menjadi alasannya untuk menghilang sementara.

Rifani yang sedari tadi bingung harus bagaimana segera beranjak dan mendekati Jara serta Rangga.

"Jangan bikin masalah, ini rumah sakit. Au, lo mending balik aja. Kalau mau di sini lo jangan bikin masalah." Ujar Rifani menatap Jara lekat.

Jara menatap remeh pada Rifani. "Gue yang salah? Gue yang bikin masalah?"

"Au, gue cuma gak mau lo ribut, apa lagi sama kak Rangga. Lo balik aja."

"Penting banget Rangga buat lo?" Rifani mengangguk pelan.

Rifani kembali menatap Jara. "Sekarang mending lo balik aja."

"Ada yang harus selesai di sini! Ada teka-teki yang lo pada gak bakal ngerti! Terutama lo!" Jara menatap tajam Rifani.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang