55.

2.5K 206 36
                                    

"Wah, selamat pagi, nona. Kebetulan saya sedang memeriksa kondisi nona. Sekarang nona minum dulu agar sedikit membasahi tenggorokan nona yang kering." Seorang perawat memberikan minuman.

"Saya panggilkan dokter sebentar." Sang perawat berjalan keluar ruangan.

Sekarang hanya terdapat seorang gadis tengah terbaring lemah yang sedari tadi menatap seluruh ruangan seolah mencari seseorang.

"Gue selamat lagi? Di mana kak Nathan?"

Kalimat pertama yang Jara katakan adalah nasib dirinya dan keberadaan seseorang yang sedari tadi ia pertanyaan.

"Selamat pagi, nona." Sapa dokter Velly dengan seorang perawat di belakangnya.

"Apa yang nona rasakan?"

"Hanya rasa sakit di perut saya. Rasanya benar-benar sakit." Keluh Jara sembari mengelus perutnya.

"Itu sudah biasa dirasakan pasien setelah operasi besar."

"Saya operasi lagi?"

Dokter tersebut menyuntik lengan Jara dan mengangguk. "Benar. Sejak tiga hari lalu."

"Berapa hari saya di sini?"

"Satu bulan lebih empat hari."

"Saya sudah memeriksa kondisi nona. Semuanya baik-baik saja. Sarapan akan segera diantar." Ucap Dokter Velly tersenyum lembut.

"Terima kasih, dok."

"Sama-sama. Saya permisi."

Sejak kepergian dokter Velly, Jara hanya melamun memikirkan Nathan. Ia sungguh tak sabar ingin bertemu Nathan.

Seseorang memasuki ruangan dengan nampan di tangannya. Lelaki dengan rambut acak-acakan tersenyum tipis menatap Jara.

"Ada yang sakit?"

"Kak Nathan mana? Dia baik-baik aja, kan?"

Bukan ini yang Rangga inginkan. Bukan nama orang lain yang seharusnya Jara ucapkan setelah melihatnya. Bukan juga kabar orang lain setelah Jara menatapnya. Namun keberadaan dirinya yang ingin dianggap oleh Jara.

"Iya, dia baik-baik aja. Sekarang makan dulu."

"Dia di mana? Gue mau makan sama dia."

"Dia harus banyak istirahat. Lo mau ketemu dia?" Jara mengangguk menatap Rangga.

"Istirahat sama makan yang banyak. Biar dokter bolehin lo keluar ruangan."

Jara mengangguk dengan cepat dan segera memakan makanannya. Rangga hanya dapat tersenyum. Setidaknya dengan keadaan Jara yang masih baik-baik saja dapat membuat Rangga tenang.

"Dia pasti sering ke sini, kan? Dia pasti yang jagain gue, kan?" Tanya Jara setelah makanannya habis.

"Iya. Dia beneran sayang sama lo."

"Gue tau. Selama ini dia tulus banget sama gue. Dia bahkan hampir kehilangan nyawanya demi gue."

Lagi-lagi Rangga hanya tersenyum. Sekarang yang Rangga rasakan hanya dirinya yang tak pantas mencintai Jara. Cepat atau lambat, Rangga harus melupakan Jara.

"Wah-wah, pagi-pagi udah berduaan." Terdengar suara Cakra dengan sedikit heboh memasuki ruangan.

"Habis dari mana?" Tanya Jara.

"Cari makan. Cuma Rangga yang gak ikut."

Jara menatap Rangga. "Lo harusnya makan, bang."

"Nanti, lagi gak selera." Jara tersenyum dan mengangguk. Bahkan Jara tak memaksa seperti biasanya.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang