36.

2.9K 169 6
                                    

"Wah, ada yang sok sibuk, nih."

"Kerjaan banyak, Pat."

"Sa, lo beneran CEO JJ Company?"

Deg.

Manda tengah sibuk dengan kerjaan yang seharusnya bukan dia yang mengerjakan, membuatnya terus-menerus berkutik dengan laptopnya.

Tak mampu menjawab pertanyaan Cakra membuat Manda berpura-pura tak mendengarnya.

"Berduaan mulu." Manda selamat, kedatangan Rangga membuatnya bernafas lega.

"Hati-hati ketiganya setan."

"Setannya lo." Bukan Cakra maupun Manda, tetapi Jara.

Jara datang dan duduk di samping Rangga. Ia merampas paksa minuman yang dibawa oleh lelaki tersebut.

"Minum gue." Sinis Rangga tak terima.

"Bagi dikit." Jara menatap kedatangan Nando dengan laptopnya dan duduk di samping Jara, menyempurnakan lingkaran.

"Pat, lo tadi tanya gue CEO atau bukan? Jawabannya bukan. CEO JJ Company sebenarnya itu Jara, gue cuma sekertarisnya." Gila! Ini sungguh gila bagi Jara.

"DEMI RAMBUT DORA YANG GAK PANJANG-PANJANG. LO SERIUS?!" Cakra membuat semua temannya menutup telinga.

"Iya." Bukan Manda, melainkan Jara sendiri yang menjawabnya.

"Gue percaya sama kalian kalau kalian pasti bisa jaga identitas gue rapat-rapat. Gue masih belum siap." Semua mengangguk mantap, terkecuali dengan Nando yang sedari tadi tenang karena pekerjaannya yang menumpuk.

Jara melirik Nando sembari tersenyum miring. "Ada CEO Vada Rich juga, nih."

Nando tersedak minumannya dan menatap Jara tajam. Jara mengalihkan pandangannya pada teman-temannya yang sudah menatapnya bingung.

"Bang Nando."

***

Lama-lama Jara bosan dengan sekolahnya yang malah menjadi tempat menguras tenaga untuk meladeni Sakura serta teman-temannya.

Tak ada hentinya Sakura mengganggunya dengan otak gila dan mulut tak berguna, satu lagi, hati busuknya. Setelah pulang sekolah, Jara menemui Manda di kamarnya.

"Kak, sebenernya hubungan lo sama bang Cakra itu kayak apa?" Manda yang sedang mewarnai kukunya menghentikan aksinya.

"Namanya Cakra Adipati S. Gue gak tau belakang namanya itu apa, tapi orang tuanya yang cuma bilang gitu dari kecil. Dia biasa di panggil Adi, tapi gue lebih suka panggil Pati." Jara mulai menyimak dengan baik.

"Dulu waktu masih di Bandung, Pati temen kecil gue yang selalu jagain gue. Tapi semua lenyap waktu dia tau kalau dia cuma anak angkat. Dia pergi gak tau ke mana."

"Ayahnya meninggal saat kecelakaan, waktu mau bawa Ibu angkatnya lahiran, dan Ibu angkatnya meninggal setelah ngelairin Alpin, jadinya Pati ngerawat Alpin sampai sekarang."

"Pati juga sering cerita sama gue lika-likunya." Terdengar helaan nafas panjang dari Manda.

Jara mengangguk dan berdiri dari duduknya. "Gue ke dapur dulu."

Setelah menemui Manda untuk membahas hal yang sangat penting, Jara melangkah ke dapur untuk menemui Bi Inem.

"Bi, hari ini makan apa?"

"Bibi masakin sop, kari, sama lauk lainnya. Kenapa, non?"

Jara menggeleng pelan. "Jara yang masak, Bibi temenin Bella sama Alpin aja."

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang