15.

5.7K 585 9
                                    

Jara merenggangkan otot-ototnya dan mengambil ponselnya. "Masih setengah lima, gue masih ngantuk."

Sudah sepuluh menit Jara menutup matanya, namun ia tak kunjung tidur kembali. Rasa ngantuknya sudah benar-benar hilang. Padahal ia hanya tidur kurang lebih dua jam saja.

Jara membuka matanya dan mendudukkan tubuhnya. Ia menyalakan lampu kamar dan memainkan ponselnya.

Jara berdiri dari duduknya saat jam sudah menunjukkan pukul lima pagi. Ia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Tak membutuhkan waktu yang lama, Jara telah selesai.

"Cik, bangun." Jara berusaha membangunkan Cika.

Jara menghela nafas lelah. "Kayaknya bakal sia-sia tenaga gue."

"CIK! TOLONGIN GUE!" Nadanya sangat dramatis, tapi terpampang jelas senyum licik di bibirnya.

"KENAPA?!" Cika bahkan berdiri di atas ranjang.

"Gak papa." Jara tertawa puas melihat aksi Cika.

"Sekarang mandi. Kita harus balik ke rumah dulu buat ambil seragam." Ujar Jara dan segera keluar kamar.

"Iya, bawel." Masih dengan memanyunkan bibirnya, Cika berjalan ke arah kamar mandi.

Jara memutuskan untuk pergi ke kamar Affan. Ia membangunkan Nando dan Affan.

"Bang, bangun." Ucap Jara yang di angguki oleh Nando.

"Bang, bangun." Kali ini Jara membangunkan Affan.

"Bang Affan!" Sepertinya Affan sama persis seperti Cika.

Jara menghela nafas berat dan memulai aksinya. "BANG! TOLONGIN CIKA!"

Affan segera bangun dari tidurnya. "CIKA KENAPA?!"

Jara menghela nafas panjang. "Gak papa. Kalian buruan mandi."

Jara segera menuruni tangga menuju meja makan. Ia mengerutkan keningnya menatap meja makan yang terlihat kosong. Jara mencoba berjalan memasuki dapur.

"Non? Kenapa? Apa perlu sesuatu?" Tanya salah satu pengurus rumah yang melihat Jara sedang kebingungan.

"Gak ada sarapan?" Tanya Jara masih dengan bingungnya.

"Itu karena perintah nak Affan. Kami sering membuatkan sarapan pagi untuknya, tapi selalu di tolak."

Jara tersenyum hangat. "Tolong, siapin aja kayak biasanya. Saya mau susu coklat."

Wanita di hadapannya segera pergi menyiapkan sarapan. Jara memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia memilih menghubungi Bi Ina.

"Bi, apa kabar? Maaf baru bisa hubungin sekarang."

"Bi Ina di sini baik. Nak Jara, gimana kabarnya?"

"Jara baik-baik aja. Gimana kabar mereka?"

"Mereka semua baik. Mereka tetap mengawasi den Devian selama sakit."

"Makasih banyak, Bi. Jaga diri baik-baik."

"Bi Ina, tolong siapin roti sama selai coklatnya dan jangan lupa susu coklatnya!" Terdengar sedikit teriakan dari tempat Bi Ina. Jara mengenali suara tersebut.

"Sudah dulu, nak. Saya mau siapin den David sarapan." Ucap Bi Ina dan memutuskan panggilan tersebut.

"Sejak kapan bang David suka coklat?" Gumam Jara sembari menatap teman-temannya yang sedang menuruni tangga.

"Kenapa lo gak pernah sarapan?" Tanya Jara menatap Affan.

"Mending di kantin."

"Jangan kayak gitu. Nanti kebiasaan." Cika membuat Affan mengangguk pasrah.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang