22.

4.2K 256 26
                                    

"Brisik banget!"

Teriak seseorang yang berada di balik beberapa bangku kosong di ujung rooftop.

Jara mengusap cepat air matanya dan mencoba berdiri dengan kaki gemetarnya, lalu berjalan pelan mendekati bangku-bangku tersebut.

"Sorry, kalau gue udah ganggu lo." Ujar Jara pada sosok laki-laki yang sedang tidur terlentang menutup matanya.

"Ya jelas, ganggu."

Jara mencoba untuk bersabar. "Gue tau, gue minta maaf udah ganggu tidur lo."

"Gak gratis."

"Lo maunya apa, sih? Gue udah minta maaf, terus gue harus gimana?"

"Traktir gue makan seminggu." Sahutnya dan segera berdiri dari posisi tidur terlentangnya.

"Whatever."

Jara meninggalkan lelaki itu dan berlari turun menuju kelasnya karena bel istirahat siang telah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu. Banyak pasang mata yang melihatnya dengan tatapan yang berbeda-beda, bahkan bisikan secara terang-terangan.

"Cantik banget aslinya."

"Iya, lebih cantik dari Sakura."

"Tapi gue rasa dia bakal lebih semena-mena dari Sakura, deh."

"Sikapnya aja udah kayak brandalan."

Banyak, namun hanya itu yang terdengar jelas. Jara mencoba berjalan sedikit cepat agar segera sampai di kelasnya. Melihat kelas yang sepi, ia segera memasukinya dan mengambil tasnya.

Akibat pergerakannya yang kasar ketika mengangkat tasnya, tangannya menyenggol meja cukup keras, tepat pada pergelangan tangannya yang memerah akibat cekalan Nando. Jara sedikit meringis menahan sakit, kemudian segera bergegas.

Tak ingin berlama-lama, Jara berlari keluar kelas dan mencari gerbang belakang, namun suara seseorang mengagetkannya.

"Lo cari gerbang belakang? Deket gudang." Lagi-lagi Jara menemui seseorang yang sangat menyebalkan baginya, namun saat ini laki-laki itu sepertinya sedang baik pada Jara.

"Lo mau ke mana?" Cegah lelaki itu menarik pergelangan tangan Jara yang ternyata sudah memar akibat cekalan Nando, belum lagi saat tersenggol meja dengan cukup keras.

"Kalau mau cabut gak bakalan bisa lewat sana, ikut gue." Lelaki itu menarik Jara tanpa tahu bahwa Jara sedang menahan sakit di bagian pergelangannya.

"Sorry." Sadarnya melihat Jara yang meringis melihat tangannya di tarik.

"Lo asal narik, dari tadi sakit, bego."

"Bentar." Laki-laki itu berlari entah ke mana, membuat Jara menggerutu dalam hati.

"Baru kali ini ketemu cowok nyebelin banget kayak dia." Jara memijat pusing pelipisnya.

Laki-laki itu mengatur nafasnya akibat berlari tanpa henti dan memberikan sebuah obat oles pada Jara.

"Nih,"

"Cuma di oles, kan?" Tanya Jara dan mencoba mengoleskan obat itu pada pergelangannya.

"Gak gitu, bego. Ngoles yang bener. Jangan kasar, ntar malah gak sembuh-sembuh."

Laki-laki itu mengambil obat oles yang di bawa Jara, dan mencoba mengolesi luka memar pada pergelangan tangan Jara dengan perlahan.

"Makasih." Ucap Jara yang hanya di angguki oleh lelaki di hadapannya. Ia berjalan mendahului Jara menuju taman belakang yang sepertinya berbeda ketika Irfan mengajaknya bicara.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang