44.

2.5K 185 36
                                    

"Lo ngapain ajak gue ke sini?" Tanya Sakura saat Jara memarkirkan mobil milik Sakura.

"Mendingan gue tunggu lo di kafe depan aja dari pada harus masuk ke rumah sakit jiwa ini." Sambung Sakura keluar mobilnya.

"Pasti banyak orang gak waras jalan-jalan, kalau gue di ganggu gimana? Terus kalau gu-" Jara meninggalkan Sakura yang mendramatisir keadaan.

"Permisi, apa saya bisa menemui tuan Ferdinan Mahesa?"

"Tunggu sebentar." Seorang resepsionis membuka sebuah dokumen di hadapannya.

"Kebetulan beliau sedang melakukan makan siang. Ruangannya lantai dasar, ruang tiga belas." Jara berterima kasih dan segera bergegas mencari ruangan tersebut.

Tersenyum ketika menemukan ruangan yang dicarinya. Jara memasukinya. Terdapat seorang perawat laki-laki yang berusaha menyuapi sosok paruh baya.

"Permisi." Sopan Jara.

"Apa anda keluarganya?"

"Benar." Ucap Jara tersenyum tipis.

"Baiklah. Saya akan meninggalkan kalian, dan tolong berikan makanan ini. Saya permisi." Perawat itu meninggalkan Jara dan juga sosok pria yang memainkan kertas pesawatnya.

Jara menyalami tangan pria tersebut. Walaupun mental sosok di hadapannya terganggu, Jara tidak lupa akan sopan dan santunnya.

"Saya Jara, teman dekat bang Rangga." Sosok tersebut menghentikan aksi bermainnya.

Sejujurnya Jara takut ditatap dalam oleh sosok tersebut, walaupun pintu ruangan terbuka lebar, namun rasa takut menyelimutinya.

"Ke taman sekarang. Saya gak bisa jalan." Jara beranjak mengambil kursi roda, walaupun saat ini ia benar-benar heran.

Mendorongnya menuju taman dengan makan siang yang dipangku oleh pria tersebut.

Jara mendudukkan tubuhnya pada bangku taman, dan tersenyum tipis menatap pria tersebut.

"Saya Jara, lebih tepatnya Aujara Juinko. Saya teman dekat bang Rangga. Sekarang, om makan dulu."

"Apa kamu pacarnya?" Jara tersentak. Bukan dengan pertanyaannya, melainkan dengan cara bicara pria tersebut.

"Bukan. Saya tinggal satu rumah dengannya, tidak berdua. Ada bang Cakra, ada kak Manda, ada bang Nando, dan ada Bella serta Alvin, adik bang Rangga dan bang Cakra." Jara bercerita dengan nada yang sangat ramah.

"Nando? Fernando Bradley?" Tanya Ferdinan.

"Maaf, bukan Bradley, tetapi Fernando Chandler. Dia memang sering tinggal bersama Vero Bradley, namun ayahnya adalah Robert Chandler."

"Salah. Dia adalah anak Vero. Sedangkan Robert hanya mempunyai anak yang bernama Feraldo."

"Apa margamu? Mata kamu mirip dengan seseorang."

Lagi-lagi Jara tersenyum manis. "Alexander."

"D-dia?! Alexander. Aland Alexander. Sa-"

"Maaf, bapak harus beristirahat." Seorang perawat yang sama datang dengan senyum ramahnya.

"Bintang Jara, di langit dua-dua, amat banyak, menghias enam berkas, warna hitam, itu sejahtera, pintu coklat, ke tempat lantai atas~" Ferdinan menyanyikan lagu acak-acakan dengan nada Bintang Kecil.

Jara berjalan bergegas menuju mobilnya dan memarkirkannya di kafe depan rumah sakit.

"Lo lama banget. Lo tau, kan, gue lagi gak ada uang? Cuma cukup buat beli es teh." Omel Sakura menatap Jara yang duduk di hadapannya.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang