3.

8.3K 723 10
                                    

Jara memuletkan badannya dan menatap jam yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Ia segera bangkit dan membersihkan tubuhnya. Tak butuh waktu yang lama, Jara sudah siap dengan seragamnya.

Hari ini adalah awal pembelajaran baru di mulai, suasana hatinya sangat baik, Jara tak ingin seperti biasanya yang terlambat dan malas ke sekolah. Ia segera turun menuju meja makan dan menemukan Devian serta David yang telah berada di sana.

"Tumben, masih jam setengah tujuh." Ujar Devian melihat kedatangan Jara.

Jara menyalakan ponselnya. "Hari pertama gue masuk kelas sebelas, bang."

"Cuma hari ini doang, besoknya juga pasti telat lagi." Sahut David.

Jara menatap David tak terima. "Telat gue karena males, bukan karena susah bangun kayak lo."

"Bisa banget lo."

"Gue duluan." Jara mengambil sepotong roti dan berdiri dari duduknya.

"Gak mau bareng?" Tawar Devian setelah meneguk susu hangatnya.

"Kita beda sekolah."

David mengerutkan keningnya heran. "Gue heran, kenapa lo gak mau satu sekolah aja?"

"Soalnya ada lo." Jara segera berjalan menjauh sebelum David membalas ucapannya.

Jara memilih mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Setelah sampai, ia segera memarkirkan mobilnya dan berjalan di koridor sekolah dengan cukup tenang hingga memasuki kelasnya.

"Ra, lo ke mana aja, sih?" Tanya Cika yang baru saja datang.

"Kenapa?"

"Lo kebangetan. Gue nunggu di depan rumah lo hampir setengah jam, tau-tau lo udah di sini. Lo it-"

"Gak usah bawel. Tugas-tugas udah selesai? Formulir?"

"Gila! Gue lupa. Kenapa lo gak bilang dari kemarin! tugas-tugasnya gampang. Formulir tinggal ngisi." Ujar Cika mengambil buku Jara untuk menyalin semua tugas-tugas.

"Formulirnya?" Tanya Jara di sela keheningan mereka.

"Tinggal ngisi, lah." Jawab Cika sembari menutup bukunya dan mengambil kertas formulir yang sedang di bicarakan.

"Tanda tangan orang tua lo?" Tanya Jara terus-menerus yang membuat Cika kesal mendengarnya.

"Tinggal gue samain kayak biasanya. Kalau ada rapat juga sama Bi Ina. Lo sendiri?"

"Gue hafal kali tanda tangan orang tua gue."

Jara dan Cika memang satu sekolah. Tepatnya mereka bersekolah di SMA Harapan Bangsa, sekolah teratas setelah SMA Garuda.

SMA Harapan Bangsa adalah milik keluarga Cika, dan tak ada yang tahu bahwa Cika adalah adik Affan, karena pihak sekolah telah menyembunyikan identitas Cika atas kemauan Williams.

Sedari awal, Jara dan Cika memang tak ingin diketahui siapa keluarga mereka. Hanya Pak Ucup, satpam Harapan Bangsa yang mengetahui siapa mereka, karena Jara dan Cika yang selalu menyuapnya jika kedua gadis itu terlambat, hingga mereka terpaksa bercerita setelah satpam tersebut curiga.

Bel berbunyi. Pelajaran telah di mulai. Jara dan Cika segera memposisikan dirinya senyaman mungkin pada bangku masing-masing.

"Pagi, anak-anak. Bagaimana kabar kalian?" Sapa seorang guru wanita yang berdiri di depan.

"Pagi, Bu. Baik." Ucap semua murid yang berada di dalam kelas.

"Hari ini dan seterusnya untuk kelas sebelas IPA dua, Bu Lastri yang akan jadi wali kelas kalian. Karena saya telah menerima kabar bahwa pengurus kelas telah terbentuk, sekarang kita akan memulai pembelajaran." Pelajaran terus di mulai hingga bel istirahat berbunyi.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang