5.

7.3K 682 13
                                    

Benar seperti dugaan David. Jara kembali bangun kesiangan. Ia segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Jara segera duduk tanpa mau menyapa kedua saudaranya. Ia meminum susu hangatnya dan berdiri dari duduknya.

"Nanti Mommy sama Daddy pulang." Ucap David saat Jara belum terlalu jauh.

Jara sempat menghentikan langkahnya, namun ia kembali melangkah. Memang benar, kemarin Devian berbicara kepada Aland dan Melany agar dapat melihat keadaan mereka.

Tanpa minat memakan roti seperti biasanya, Jara hanya menyelonong tak menyapa kedua saudaranya. Jara bahkan tak merespon ucapan David. Ia berangkat menggunakan taksi karena sedang malas menyetir.

Ia berjalan di koridor seperti biasanya. Dengan wajah datarnya, Jara melamun memikirkan apa yang terjadi jika keluarganya terus seperti ini.

Tak sengaja Jara menabrak seorang lelaki karena lamunannya. Ia segera membantu memunguti kertas-kertas berjatuhan yang di bawa oleh lelaki itu.

"Maaf. Gue tadi ngelam-" Jara mengentikan kalimatnya karena sedikit terkejut melihat seseorang yang di tabraknya.

"Iya." Lelaki itu terdiam setelah melihat Jara.

"Maaf. Gue gak sengaja." Ujar Jara menatap Nathan.

Nathan mengangguk. "Iya."

"Gue duluan." Ucap Nathan yang di angguki oleh Jara.

Jara masih diam di tempatnya. Bukan apa-apa. Ia hanya masih tak menyangka Nathan mengeluarkan senyumannya. Kata Cika, selama ini Nathan tak pernah tersenyum selain bersama teman-teman dekatnya.

*

Pelajaran sudah dua kali berganti, namun Jara sama sekali tak memperhatikan pelajaran tersebut. Gadis itu tak tahu mengapa hatinya merasa sangat bimbang memikirkan keluarganya.

"Cik, tadi gue ketemu Nathan." Ucap Jara yang telah pusing memikirkan keluarganya.

Cika menutup bukunya. "Terus kenapa? Namanya juga satu sekolah."

"Kata lo dia gak pernah senyum."

"Iya. Kecuali sama sahabat-sahabatnya itu."

"Tapi dia senyum ke gue."

"Ha?! Serius?!" Jara menutup mulut Cika yang berteriak.

"Iya? Ada apa yang di belakang?" Tanya seorang guru.

Cika tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Tidak, Bu. Saya akhirnya paham pelajaran Ibu hari ini."

Jara hanya menggelengkan kepalanya mendengar alasan Cika. Sedangkan guru itu menganggukkan kepalanya sembari tersenyum senang.

Cika kembali menatap Jara. "Serius?"

"Iya."

"Kok, bisa? Lagian lo tumben banget ngomongin cowok." Cika menatap Jara curiga.

Jara mengedipkan matanya berkali-kali menyadarkan pikirannya. "Gue juga gak ngerti."

"Gak jelas lo."

Pelajaran berganti. Seorang guru sejarah memasuki kelas dan mulai menjelaskan pelajaran hari ini. Jara yang malas memasang earphone di telinganya dan membaca novel kesayangannya.

"Auko!" Panggil sang guru yang di lirik oleh Jara, ia dapat mendengar panggilan guru di depan karena volume yang tidak terlalu besar.

"Iya?" Jara mengangkat suara dan melepas earphone miliknya.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang