11.

5.8K 631 10
                                    

Suara ayam berkokok membangunkan Jara dari mimpinya. Ia menatap jam yang terpasang di dinding, ternyata masih pukul lima pagi. Jara mengalihkan pandangannya. Ia menatap Cika yang masih tertidur dengan pulas.

Jara terlihat menggoyang-goyangkan badan Cika. "Cik, bangun."

"Cik!"

"Eh, cacing uduk. Bangun!"

Beberapa kali Jara sedikit berteriak membangunkan Cika, namun tak ada hasilnya, tak ada cara lain, Jara sudah hafal dengan sikap sahabatnya yang satu ini.

"Wah! Ada diskon besar-besaran buy one get one, nih!" Terdapat senyum licik Jara yang sudah terpampang jelas di bibirnya.

"Seriusan, Ra?!" Heboh Cika yang langsung terbangun dari tidurnya.

Cika memang seperti itu, selalu senang jika menemukan potongan harga. Gadis itu terlihat masih sangat mengantuk, namun mendengar kata potongan harga membuatnya bersemangat.

"Gak!" Jawab Jara dengan penuh kemenangan dan segera berdiri dari duduknya.

"Nyebelin banget lo." Cika terlihat kesal dan kembali merebahkan tubuhnya. Namun Jara tak habis cara, ia melemparkan bantal ke wajah Cika.

"Demi dora yang rambutnya gak panjang-panjang! Ini masih pagi banget!"

Jara mengikat rambutnya asal. "Bangun. Udah jam segini."

"Ini hari libur, Ra."

"Pokoknya lo harus bangun. Beresin kamarnya, gue mau mandi."

"Bisanya cuma nyuruh. Giliran gue yang minta, pasti gak mau." Oceh Cika sembari merapikan tempat tidur.

"Gue denger!" Teriak Jara membuat Cika memutar bola matanya malas.

Hari ini adalah hari Sabtu, yang artinya sekolah libur. Ya, setiap hari Sabtu dan Minggu sekolah Jara dan Cika memang libur. Ini sudah menjadi salah satu rutinitas sekolah mereka.

Setelah rapi dengan kemeja putih dan rok hitam, Jara berjalan menuju meja makan yang ternyata sudah terdapat Nando dan Cika.

"Udah rapi aja lo." Sapa Cika menggoda penampilan Jara.

Jara hanya tersenyum tipis dan memainkan ponselnya. Ia mencari informasi lowongan pekerjaan dari ponselnya tersebut.

"Baju siapa emangnya?" Tanya Cika dengan mengoleskan selai pada rotinya.

"Pinjem tetangga." Jawaban Jara tentu saja mendapat pelototan dari kedua teman-temannya.

"Malu-maluin. Lo, kan, bisa pinjem ke gue, Ra." Ucap Cika masih dengan membelakkan matanya.

"Cuma buat cari kerja." Lagi-lagi ucapan Jara membuat kedua temannya terkejut.

"Lo mau kerja? Ha?! Mending gak usah, deh." Cika masih menatap Jara tak percaya.

"Kenapa gak coba aja di perusahaan om gue?" Tanya Nando lalu melahap rotinya.

Jara sangat terkejut. Ia tak mengerti dengan pikiran Nando. Bagaimana mungkin Jara dapat bekerja di perusahaan besar. Bahkan perusahaan Aland saja berada di bawah perusahaan om Nando.

Jara menatap malas pada Nando."Gak mungkin. Otak gue gak nyampe. Belum lagi tes dan wawancara."

Nando mengerutkan keningnya. "Kata siapa lo gak bisa? Lo itu pinter. Gue dulu juga mikir kayak gitu."

"Lo juga tes? Kirain langsung masuk. Kan, om lo yang punya."

"Gue gak pakai orang dalam. Gue cuma pakai kemampuan gue."

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang